RaInNi
20/08/2013 18:51Hari pertama di kelas Akuntansi..
Hari ini adalah hari pertama ku dikelas Akuntansi 2, dengan banyak nya teman baru yang tentunya aku belum mengenalnya sama sekali. Hari ini pula akan di tentukan siapa Wali kelas di kelas ku beserta pengurus kelas nya. Walaupun belum saling mengenal, tapi ada sesosok pria berkulit sawo matang yang tiba-tiba berdiri di depan kelas, untuk memimpin pembentukan pengurus kelas.
"Assalamu'alaikum Wr. Wb. " Ucap salah satu teman ku di depan kelas.
"Wa'alaikum Salam Wr. Wb. " Ucap kami sekelas.
"Hemm.. sebelum nya gua izin mau ngomong di depan sini, boleh kan ? "
Anak - anak sekelas pun mengizinkan dan dia pun melanjutkan pembicaraannya.
"Sebelumnya perkenalkan nama gua Ahmad Fitriyadi, panggil aja Yadi, gua disini bermaksud buat kita ngadain pemilihan pengurus kelas, gimana ? Siapa aja yang mau mencalonkan diri ? " Yadi bertanya kepada teman - teman sekelas.
" Udah lu aja yang jadi ketua kelasnya " Ucap salah satu teman sekelas ku.
" Iya lu aja udah gak usah pilih - pilih lagi hahaha " Tambah seseorang lainnya.
" Hehehe nggak bisa gitu lah, ya tetep harus ada pemilihan, tapi yaudah gua juga nyalonin deh, ada lagi ? " Jawab Yadi
" Gua dong Yad, sama temen gua juga nih " Ucap salah satu cewek yang memiliki mata mirip dengan orang Chinnese, sambil berdiri dan mengacungkan tangannya.
" Yaudah, siapa nama lengkap lu ? " Jawab Yadi.
" Gua Andriyani Syahfitri, sama temen gua nih Elin Nur Fauziah. " jawabnya yang ternyata bernama Andriani.
" Oh, oke deh ada lagi nggak ? " ucap Yadi sembari menulis nama - nama yang mencalonkan diri.
" Gua juga dong, Nama gua Rosmala Febrianti " Ucap salah satu teman ku yang bertubuh mungil sambil menunjuk tangan.
" Gua, gua mau dong, gua Malini Nayzila " Teriak seorang wanita berwajah arab di pojok kelas.
" Hemm... dengan ini udah 5 orang nih, kurang 1 lagi nih ada lagi nggak yang mau ? Ucap Yadi sambil menulis nama Malini Nayzilla di papan tulis.
Niat hati aku ingin mencalonkan diri, tapi aku hapus semua ragu di dalam hati dan akhirnya ...
" Hemmmm... ggg..gugua mau deh, nama gua Insanul Hakim " Dengan gugup aku mencoba mencalonkan diri.
" Oh.. oke dengan ini udah lengkap ya 6 orang, coba deh yang 6 orang tadi maju ke depan semua " Ucap Yadi meminta kami maju ke depan kelas, sambil menulis nama ku. Sesuai perintah Yadi, kami berlima pun maju ke depan kelas.
" Ya untuk teman - teman semua silahkan tulis di kertas kecil nama dari salah 1 di antara kita untuk menentukan siapa ketua kelasnya " Ucap yadi ke semua teman - teman ku di kelas.
Teman - teman yang lain pun menuliskan di kertas kecil lalu di gulung kertas tersebut dan di kumpulkan kedepan kelas. Perhitungan suara di mulai, dan ternyata suatu hal yang tidak terduga pun terjadi.
" Ya setelah melewati perhitungan suara dari teman - teman sekalian, disini untuk suara terbanyak pertama Insan, kedua gua, ketiga Andriani Keempat Elin, Kelima Rosmala, dan yang terakhir Nayzila, berarti disini sudah jelas, untuk bendahara Rosmala, Wakilnya Malini Nayzilla, Sekretaris Andriani, Wakilnya Elin, Wakil Ketua kelas gua sendiri, dan ketua kelas kita semua, dia adalah Insanul Hakim " Ucap Yadi sambil memegang pundak ku, ya.. ku anggap ini sebagai penobatan tanggung jawab yang akan ku emban.
Teman - teman sekelas pun bertepuk tangan, ya kecuali aku yang hanya terdiam tak menyangka hal ini terjadi, karena aku memang baru disini tapi bisa sampai di pilih, tapi yasudahlah berarti aku sudah di percaya oleh mereka.
" Ya untuk ketua kelas kita silahkan memberikan pidatonya hehehe " Ucap Yadi mempersembahkan ku, seraya menarik ku ke depan.
Aku pun dengan memberanikan diri, lalu mengucapkan kata demi kata dan memperkenalkan diri ku.
" Hemmm... Sebelumnya gua mau mengucapkan terima kasih untuk teman - teman semua yang udah mempercayakan gua untuk menjadi ketua kelas di kelas ini, sebelumnya perkenalkan nama gua Insanul Hakim, gua lulusan dari SMP Duta Geriya, mungkin itu aja yang bisa gua ucapkan, mohon kerja samanya untuk teman - teman semua " Ucap ku dengan penuh resah, karena tanggung jawab yang harus ku emban ini.
Setelah selesai mengucapkan kata - kata di depan teman - teman ku, kini saatnya aku menghembuskan nafas panjang, bukan nafas kelegaan, namun nafas di mulainya semua tanggung jawab ini. Tidak lama berselang, Wali kelas kami pun masuk ke kelas, kami semua langsung kembali duduk di tempat masing - masing, lalu beliau memperkenalkan diri nya
" Ya sebelumnya Assalamu'alaikum Wr. Wb " ucap beliau seraya merapihkan posisi duduknya.
" Wa'alaikum salam Wr. Wb. " jawab anak - anak serentak.
" Perkenalkan nama saya Ahmad Muhtar, mulai hari ini saya yang akan menjadi wali kelas kalian, ngomong - ngomong udah di bentuk pengurus kelasnya ? " tanya beliau sambil memandangi seluruh wajah anak - anak sekelas, karena beliau belum mengetahui wajah - wajah dari kelas kami ini.
" Sudah kok Pak, baru saja kami selesai membentuk kepengurusannya " jawab Yadi.
" Iyah Pak, tadi kami sudah membentuk kepengurusannya, dan Yadi yang memimpin pembentukan kepengurusan kelas tadi Pak " sambung Andriyani.
" Oh.. gitu, bagus, terus siapa ketua kelas kalian ? " Tanya Beliau sembari melihat - lihat mencari siapa ketua kelasnya.
" Insan Pak " jawab anak - anak serentak, sambil menunjuk ke arah ku. Pak Ahmad pun dengan sigap langsung menoleh ke arah ku.
Dengan terbata - bata aku menjawab...
" Ss.. saaya pak " jawab ku terbata - bata.
" Oh kamu, nama kamu siapa ? " tanya beliau sambil menatap ke arah ku.
" Nama saya Insanul Hakim Pak " jawab ku sigap.
" Hmmm.. oke mulai sekarang kamu harus bisa bertanggung jawab atas kelas ya San " Ucap beliau dengan tatapan yang seakan memberiku kepercayaan penuh.
" Iyah pak, saya akan berusaha sebaik mungkin " jawab ku dengan senyuman, membalas tatapan kepercayaan beliau.
Setelah Wali Kelas ku sudah mengetahui struktur kelas, beliau pun meninggalkan kelas. Kami masih dengan tanpa belajar, ya karena memang belum di bagikan jadwal pelajarannya. Tidak lama berselang ada yang masuk ke kelas kami.
Tok..tok...tok...
Terdengar bunyi ketukan pintu
" Assalamu'alaikum "
Ternyata kakak kelas ku, ya tepatnya dari anggota OSIS yang datang.
" Wa'alaikumsalam " Anak - anak sekelas pun menjawab.
" Maaf mengganggu aktifitasnya sebentar, disini saya hanya ingin memberikan pengarahan kepada adik - adik mengenai ketertiban dan peraturan di sekolah " Ucapnya.
Kakas kelas dari OSIS pun memberikan pengarahan kepada kami, dan kami pun mendengarkan dengan seksama.
" Sebelumnya, perkenalkan nama saya Iskandar perwakilan dari pengurus OSIS, Ya disini kakak ingin memberitahukan kepada kalian tentang tata tertib sekolah, yaitu tentang kerapihan pakaian, disini kalian di harapkan untuk berpakaian rapih, bajunya tolong di masukkan ke dalam celana, lalu memakai kaos kaki yang berwarna putih panjang sampai di bawah dengkul, terus pakai sepatu nya yang berwarna hitam, jangan yang berwarna lain, jangan memakai perhiasan yang berlebihan, di karenakan untuk dasi dan bed lokasi belum ada, itu masih di maklumkan, tapi nanti kalau sudah ada, tolong segera di beli dan di gunakan, dan untuk waktu masuk sekolah itu jam 07.00 dan batas toleransi telat yaitu 5 menit " Kak Iskandar menjelaskan.
" Ada yang mau di tanyakan ? " tambah nya.
" Nggak kok kak " Ucap salah satu teman ku.
" Ya sudah, di harapkan kalian dapat menaati peraturan yang berlaku di sekolah kita ini " Jelasnya.
Anak - anak pun mengangguk tanda mengerti, ya walau pun ada sebagian orang yang mengacuhkannya.
" Yasudah, terima kasih atas perhatiannya, Assalamu'alaikum Wr. Wb " Ucap Kak Iskandar.
" Wa'alaikumsalam Wr. Wb. " Jawab kami serentak, lalu Kak Iskandar pun keluar kelas.
Setelah pembentukan pengurus kelas, perkenalan wali kelas, dan pengarahan dari perwakilan pengurus OSIS. Kini kelas pun hening, tapi semua itu tidak berlangsung lama, ya tepatnya hanya beberapa detik saja, dan kelas pun menjadi ricuh. Salah satu teman ku yang memulai dengan candaan dan lawakkannya. Anak - anak sekelas pun tertawa karena lawakkan dari salah satu teman ku, tentunya tidak dengan aku yang hanya terdiam membisu, dan hanya melihat kearah mereka. Sebenarnya hati ini ingin melarang mereka untuk bercanda, tapi karena aku juga belum mengenal mereka satu sama lain, aku tidak berani mengambil tindakan seperti itu, karena belum menyesuaikan diri juga. Aku langsung mengambil tindakan lain, dan berbicara kepada mereka untuk berkenalan satu sama lain, karena memang dari awal kita masuk kelas, sampai pembentukan pengurus kelas, kami belum mengenal satu sama lain. Hanya Aku, dan yang menjadi pengurus kelas saja yang baru di kenal, kami pun belum mengenal mereka.
Aku, dengan memberanikan diri maju ke depan kelas lalu berbicara kepada semua teman - teman ku.
" Hmmm.. temen - temen, boleh minta perhatiannya sebentar ? " Ucap ku dengan sedikit canggung, karena ini pertama kalinya aku berbicara di depan kelas untuk menyampaikan prihal ke anak - anak kelas. Anak - anak sekelas pun terdiam, lalu melihat kedepan kelas, ya tepatnya ke arah ku.
" Boleh kan ? gua menyampaikan sesuatu ? " Tanya ku untuk meyakinkan lagi.
" Boleh kok San, kan lu ketua kelas kita, masa nggak boleh sih, hehehe " Jawab salah seorang teman ku.
" Hmmm.. jadi gini, kita kan udah ngebentuk pengurus kelas, kita juga udah tau siapa wali kelas kita, tapi kita belum saling mengenal satu sama lain, dari pada kita bercanda, akan lebih baik kalau kita saling berkenalan satu sama lain, gimana ? " ucap ku meyakinkan teman - teman ku.
" Oke deh, gua setuju, bener juga kata Insan, dari pada kita bercanda, lebih baik kita saling berkenalan " ucap salah satu teman ku.
Kami pun saling berkenalan satu sama lain, dengan begini, satu kelas bisa saling kenal, dan tidak ada lagi kecanggungan dalam diri. Setelah sesi saling kenalan berakhir, tidak lama kemudian bel tanda pulang pun berbunyi. Aku dan teman - teman ku bergegas untuk pulang ke rumah masing - masing.
Keesokan harinya..
Aku berangkat sekolah tidak seperti biasanya, aku tidak berangkat bersama Randy, entah hari ini dia kemana, kemarin di sekolah juga aku tidak bertemu dengannya. Akhirnya aku memutuskan untuk berangkat sendiri, ya sekolah ku memang dekat. Setelah sampai di sekolah aku langsung menuju kelas, dan duduk di kelas menunggu bel tanda masuk berbunyi, karena hari ini aku berangkat lebih pagi dari biasanya, di kelas pun hanya ada aku. Setelah beberapa lama, teman - teman ku mulai berdatangan dari segala penjuru.
Kriinnnnggg... Krrriinnnggg...
Bel Tanda masuk telah berbunyi, kami sudah harus siap menjalani aktifitas pada hari ini, di mulai dengan membaca Juz Amma, membaca Shalawat Nariyah, lalu membaca Do'a Aqidah yang tentunya di pimpin oleh ketua kelas baru yaitu aku sendiri. Setelah kegiatan awal sudah selesai, seperti biasa, anak - anak sekelas malah bercanda. Entah ini karena belum adanya kegiatan belajar mengajar, atau memang begini adanya. Aku mencoba berfikir sejenak, untuk mengatasi ricuh nya kelas yang di penuhi oleh gelak tawa dan canda. Belum sempat aku mengambil tindakan, terdengar ketukan dari pintu kelas. Sejenak, teman - teman ku terdiam karena kaget akan suara ketukan pintu yang kami sangka adalah guru.
Tok... tok... tok..
Assalamu'alaikum..
Pintu kelas terbuka, dan ternyata dari kelas sebelah untuk memberitahukan kalau masing - masing ketua ketua kelas di panggil ke ruang guru untuk mengambil jadwal mata pelajaran dan buku absensi. Aku langsung menanggapinya, dan meminta teman - teman ku untuk tidak melakukan kegaduhan di kelas. Teman - teman ku mengangguk tanda mengerti, aku mempercayai teman - teman ku, kalau mereka tidak akan melakukan kegaduhan lagi. Aku bergegas keluar pintu dan menghampiri orang yang memberitahukan info tersebut, dan kami segera pergi ke ruang guru. Di ruang guru semua ketua kelas tingkat X berkumpul untuk mengambil jadwal mata pelajaran, buku absensi, dan di beritahukan beberapa hal mengenai kegiatan belajar mengajar, lalu semua kembali ke kelas nya masing - masing. Sesampainya di kelas, ternyata kelas masih dengan kegaduhannya, aku berdiri di depan kelas, melihat kegaduhan yang terjadi, tersenyum, mengambil nafas dalam - dalam, lalu menghembuskan nafas panjang, dan aku mencoba berbicara di depan kelas untuk meminta teman - teman ku untuk sebentar saja diam dan memperhatikan ku bicara.
" Hmmmm... temen - temen " Ucap ku dengan nada sedikit keras.
" Temen - temen bisa minta waktunya sebentar?" ucap ku mencoba mengulang karena mereka masih sibuk dengan gelak tawa dan candanya. Salah satu teman ku mendengar ucapan ku dan beralih dari kesibukkannya dalam kegaduhan tersebut. Ia melihat ku, lalu tersenyum tanda mengerti, dan ia langsung memerintahkan teman - teman ku yang lain untuk diam dan memperhatikan aku yang sejak tadi berdiri di depan kelas. Suasana mendadak hening, teman - teman ku langsung memposisikan duduknya mengarah ke depan dari yang tadinya duduk tak karuan, semua mata pun tertuju padaku.
" Hmmm.. oke kalau semua sudah memperhatikan, tadi gua baru aja habis dari ruang guru buat ngambil jadwal pelajaran dan buku absensi, jadi sekarang kita udah ada jadwal pelajarannya, temen - temen tolong di catet ya, untuk Andriani, maju dah ke depan, tolong tulisin jadwal pelajarannya di papan tulis " Perintah ku, lalu Andriani maju ke depan kelas, aku memberikan kertas yang berisi jadwal mata pelajarannya, dan ia pun memulai untuk menulis jadwal mata pelajaran di papan tulis yang di ikuti oleh teman - teman ku yang juga menulis di buku nya masing - masing. Aku langsung duduk di bangku, mengambil buku dan pulpen lalu menulis jadwal mata pelajaran yang sedang di tulis oleh Andriani. Setelah selesai menulis jadwal mata pelajaran, aku maju ke depan kelas lagi, untuk menyampaikan beberapa hal.
" Hmm.. perhatiannya sebentar lagi, tadi kan kalian udah nulis jadwal pelajaran, jadi tolong ya, untuk ke depannya untuk membawa buku sesuai mata pelajarannya, jangan sampai ada alesan nggak tau atau pun belum tau " jelas ku kepada teman - teman.
" Oh iya, kita kan belum punya jadwal piket, gimana kalau kita bikin sekarang ? mau di acak aja atau sesuai absen ?" aku melanjutkan pembicaraan dan menanyakan mengenai jadwal piket.
" Hmmm.. ikutin absensi aja dah, biar nggak ribet dan nggak iri - iri an " ucap salah seorang bertubuh besar yang bernama Iqbal.
" Ya jangan lah Bal, kalau gitu kan nggak adil, kalau yang dapetnya cowok semua, atau cewek semua kan nggak bagus " timpal seorang pria berambut poni yang bernama Irfan.
" Iya tuh Bal, nggak adil, mendingan di acak aja, pake sistem kocok kayak arisan aja dah, lebih adil " ucap Ida yang bertubuh sedikit gemuk.
Aku memperhatikan perdebatan mereka, aku tersenyum kecil, merasa senang, akhirnya mereka bisa mengeluarkan suara untuk hal yang lebih baik. Aku pun segera mengambil keputusan, untuk melakukan sistem kocok, karena bagi ku itu memang lebih adil.
" Hmmm... oke oke.. kita pakai sistem kocok aja, tapi jangan semua nama di campur, tapi di pisah antara cewek dan cowoknya, biar nanti adil kebagian antara cowok maupun ceweknya, gimana?" tanya ku ke teman - teman.
" Yaudah San, gitu aja deh, biar adil, Lin tolong tulisin nama - nama nya dong di kertas robekan, buat kita kocok" Jawab Yadi
" Yaudah, mana absennya ?" jawab Elin dengan nada pasrah, aku pun memberikan buka absensi padanya, lalu dia pun menuliskan nama - namanya yang di pakai untuk menentukan jadwal piket. Setelah beberapa saat, akhirnya selesai juga membuat jadwal piket yang di tentukan dengan sistem kocok.
"Oke, jadwal piket udah terbentuk, dengan ini mulai besok udah harus di laksanakan tugasnya sesuai yang udah di tentukan tadi, jangan sampai ada yang nggak piket!" jelasku kepada teman - teman.
"Gimana kalau di tulis ada di kertas karton terus di pajang di kelas, biar nanti ketahuan siapa yang hari ini piket dan nggak ada alesan lupa?" tiba - tiba Andriani memberikan masukan kepada kami, tepatnya ke aku, karena aku yang memberi statement terlebih dahulu.
"Hmmmm... bagus, yaudah kalau gitu, kan kita belum punya uang kas, Rosmala, tolong mintain uangnya ya ke anak - anak, ya sekalian untuk uang kas pertama juga!" pinta ku ke Rosmala, karena dialah yang menjadi bendahara kelas, jadi untuk hal keuangan, aku serahkan padanya. Rosmala pun meminta uang ke anak - anak. Setelah uang terkumpul, Aku dan pengurus kelasku pergi membeli peralatannya. Setelah pulang sekolah, kami ber enam pergi ke rumah ku untuk membuat jadwal piket sekaligus struktur kelas yang akan di tempel di dinding kelas nantinya.
Keesokkan harinya...
Tok.... Tok... Tok....
"Assalamu'alaikum" Terdengar suara ketukan pintu yang dilanjut dengan salam dari luar pintu kelas. Salah satu anggota OSIS datang, untuk memberitahukan, kalau ketua kelas dan wakil ketua kelas sepulang sekolah berkumpul di kelas belakang.
Kringgg... Kringgg... Kringgg....
Bel tanda pulang berbunyi, tapi untuk hari ini aku tidak langsung pulang karena aku harus kumpul dulu, entah untuk apa. Aku pun bergegas menuju ruang kelas yang di pakai untuk kumpul. Sesampainya di kelas tersebut aku terkejut, karena ternyata disitu ada Niko dan Randy.
" Ehm.. kalian juga di panggil?" Tanya ku kepada Randy dan Niko, sambil duduk di sebelah Randy.
" Eh, hehehe iya nih, gua kan ketua kelas juga" jawab Randy tertawa.
" Oh gitu, lu juga Nik?" Tanya ku ke Niko.
" Iya gua juga" Jawab Niko singkat.
" Heheheheh bisa kebetulan gitu ya? kita bisa sama - sama ketua kelas gini, eh ngomong - ngomong mau ada apaan sih?" Tanya Randy dengan nada penasaran.
" Nggak tau juga, gua aja bingung" jawab ku yang juga sama bingungnya dengan mereka.
" Gua denger sih, buat pembentukan panitia 17 Agustusan" timpal Niko dengan sikap seperti orang malas.
" Hmmm.. gitu, gua kira kenapa" jawabku dengan nada mengerti.
Entah bagaimana sifat Niko sebenarnya, ketika awal bertemu, dia biasa - biasa saja, tetapi sekarang dia lebih dingin, bahkan terlihat acuh, mungkin memang inilah sifat aslinya, entahlah aku tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini.
Tidak lama kemudian, semua anggota OSIS datang, mereka langsung menjelaskan tujuan mereka, dan ternyata benar apa yang dikatakan Niko, tujuannya adalah merekrut kami untuk menjadi panitia di kegiatan 17 agustusan. Kami pun di masukkan dalam struktur kepanitiaan, dan aku menjadi seksi perlengkapan, suatu hal yang baru bagi ku, mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti ini. Setiap pulang sekolah, aku selalu mengikuti rapat untuk kegiatan tersebut, bahkan tak jarang saat jam pelajaran berlangsung pun aku mengikuti rapat, bagiku tak masalah, karena ini semua adalah pembelajaran bagi ku dalam hal berorganisasi.
Beberapa hari kemudian, tepat pada tanggal 17 Agustus 2009
Hari ini aku berangkat lebih pagi, karena panitia memang harus datang lebih dahulu, terlebih aku adalah seksi perlengkapan yang harus mengurus segala perlengkapan kegiatan tersebut. Kegiatan pun berlangsung, aku dan panitia lainnya bekerja ekstra untuk kegiatan ini, jujur, aku sedikit canggung karena memang ini pertama kalinya aku mengikuti kegiatan seperti ini.
Kegiatan 17 Agustusan pun selesai, Alhamdulillah kegiatan ini berjalan dengan lancar tanpa kendala apapun walaupun banyak panitia yang terdiri dari siswa - siswi kelas X.
Setelah selesai kegiatan 17 Agustusan yang diisi dengan perlombaan, kini waktunya untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar lagi. Aku belajar lagi di kelas, dengan tanggung jawab ku lagi sebagai ketua kelas, yang tentunya harus menghadapi kegaduhan di kelas ini lagi. Jam istirahat sudah berbunyi, aku mencoba menghilangkan kebiasaan ku yang selalu berada di kelas saat jam istirahat. Saat aku melangkahkan kaki ku keluar kelas, aku melihat Niko sedang berdiri di depan kelas sambil melipat tangan nya di dada, entah apa yang sedang ia pandangi, lalu aku menghampirinya.
" Eh Nik " Panggil ku seraya memegang pundaknya.
" Eh, elu, kenapa?" jawabnya dengan sikap angkuh.
"Hmm.. nggak apa - apa, lu ngapain diri aja di depan kelas gitu?" Tanya ku heran.
"Nggak apa - apa, gua cuma lagi ngelihatin kelucuan para cewek - cewek di sana" jawabnya sambil menunjuk dengan kepalanya.
" Lucu? apanya yang lucu?" tanya ku semakin heran.
" Ya lucu aja, di sekolah kita ini untuk para cewek harus memakai kerudung kan?"
" Ya emang, terus apa masalahnya?" tanya ku yang benar - benar semakin bingung dan heran.
" Cara pakai kerudung nya, yang penting bagi mereka hanya memakai saja, tapi nggak memperhatikan tata cara yang benarnya" jawabnya dengan nada yang serius.
Aku benar - benar bingung dengan manusia satu ini, siapa sih sebenarnya dia, sampai hal seperti ini benar - benar di perhatikan sekali. seperti jelmaan malaikat yang turun ke bumi.
" Hemm.. gitu, iya juga sih " jawabku mengangguk tanda mengerti.
"Cewek jaman sekarang tuh, pakai kerudung ya kebanyakan cuma buat gaya - gayaan aja, bukan buat nutupin auratnya" Jelasnya lagi
Sumpah, dia memang benar - benar kritikus islami sekali. Aku langsung menjawabnya dengan senyuman yang penuh arti, dan dia pun seperti mengerti apa arti senyuman ku ini.
Tidak lama kemudian, Randy datang secara tiba - tiba yang membuat aku dan Niko sedikit kaget.
" Woy, lu berdua lagi ngapain di situ? ber dua - duaan aja, nggak ngajak - ngajak gua hahaha" ucap Randy seraya tertawa. Niko hanya membalas dengan senyuman acuh nya.
" Nggak lagi ngapa - ngapain, cuma lagi ngobrol aja kok, eh tumben lu kesini?" tanya ku
" Hahahaha, bete aja gua di kelas, jadi gua kesini deh, nemuin lu berdua" jawab Randy dengan masih tertawa - tawa, entah makhluk apa lagi ini, mungkin dia memang terlalu humoris.
" Oh gitu, yaudah sini ikut gabung sama kita berdua" aku akhirnya mengajak Randy ikut mengobrol, walaupun Niko masih dengan sikap angkuhnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
" San, kita di panggil lagi sama OSIS, katanya sih mau di jadiin panitia lagi" Ucap Yadi yang baru saja habis dari ruang OSIS.
" Hemm.. panitia? panitia apaan lagi?" tanya ku heran.
"Katanya sih panitia Pesantren Ramadhan" Yadi menjelaskan.
"Ohh.. gitu, yaudah, kapan emang ngumpulnya?"
"Habis pulang sekolah San"
"Oke deh"
Setelah pulang sekolah, aku dan Yadi pun menuju ruang OSIS, lalu kami pergi ke kelas yang biasa di gunakan untuk rapat.
"Assalamu'alaikum Wr. Wb." Ucap salah satu kakak laki - laki anggota OSIS yang sedang duduk di depan kelas untuk memimpin rapat.
"Wa'alaikum salam Wr. Wb." Ucapku, anggota OSIS yang lain, dan juga para panitia lainnya.
"Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya ke beberapa dari kalian, kalau di kumpulkannya kalian disini untuk menjadi panitia kegiatan Pesantren Ramadhan, ya.. mengingat sebentar lagi, kita sudah akan memasuki bulan Ramadhan, yang tepatnya di awal bulan September nanti, jadi kami dari OSIS ingin mengajak kalian untuk menjadi panitia kegiatan tersebut" Salah satu anggota OSIS yang ada di depan kelas mencoba menjelaskan tujuannya kami di kumpulkan.
"Kok udah di bikin aja kak? kan masih lama kegiatannya, acara biasanya kan pas mau akhir puasa" tiba - tiba terdengar pertanyaan dari seorang pria di pojok kelas.
"Kenapa udah di bikin? ya karena untuk persiapin semuanya butuh kematangan" jawab sedikit ketus salah satu kakak perempuan anggota OSIS yang sedang duduk di samping kakak yang sedang memimpin rapat.
"Sekarang ngerti kan?makanya kenapa kita ngumpulin kalian disini ya agar acaranya bisa berjalan dengan baik.
Semuanya pun mengangguk tanda mengerti, termasuk pria yang tadi bertanya. Rapat pun berjalan dengan lancar, hingga tiba - tiba terdengar suara salam dan nafas terengah - engah dari balik pintu.
Dengan nada terengah - engah dan nafas yang tak beraturan ia mengucap salam "Assalamua'laikum, maaf kak saya terlambat"ucap pria yang datang terlambat tersebut yang tidak lain adalah Randy. Pantas saja aku tidak melihat Randy sejak tadi, yang ku lihat hanya Niko yang sedang duduk di tempat duduk paling depan, yang sedang menatap serius ke arah kakak yang sedang memimpin rapat.
Semua nya pun menoleh ke arah pintu untuk melihat siapakah orang yang datang terlambat dengan terengah - engah tersebut. Lalu dengan sigap, kakak yang sedang memimpin rapat pun menyuruhnya untuk masuk ke dalam.
"Hmmm... langsung masuk aja yah de"ucap kakak tersebut dengan tersenyum sambil mengisyaratkan untuk segera duduk.
"Makasih kak"jawabnya sambil tertawa kecil, Randy pun langsung masuk dan duduk di sebelah ku, karena memang bangku di sebalah ku kosong.
"Lu kok telat Ran?kan rapatnya di mulai dari pas pulang sekolah"tanya ku heran ke Randy.
"Hemmm... tadi gua pulang dulu San, ada urusan mendadak"jawabnya menjelaskan. Aku hanya membalas dengan senyuman tanda mengerti, karena memang tidak enak kalau menanyakan lebih dalam, karena itu mungkin urusan pribadinya.
"Eh si Niko mana San?"tiba - tiba Randy menanyakan Niko kepadaku, ya karena memang dia tak melihat Niko sedari tadi.
"Tuh dia, duduk paling depan"jawabku sambil menunjuk ke arah Niko, karena aku memang duduk agak paling belakang, dan di kelas juga banyak sekali orang yang mengikuti rapat, jadi tidak begitu terlihat.
"Ohh di situ tuh orang, serius banget kayaknya"jawab Randy sambil tertawa.
"Iyah"jawabku singkat, kami pun melanjutkan rapat dan langsung pembentukan struktur panitia, aku menjadi seksi humas, Randy keamanan, dan Niko menjadi sekretaris. Setelah selesai rapat, kami pun menjalankan tugas masing - masing. Awal kepanitiaan aku dan Randy tidak pernah bersama - sama dengan Niko, entah karena apa, yang jelas Niko kini lebih terlihat diam.
"Eh San, samperin Niko yuk"ujar Randy tiba - tiba sambil menepuk pundakku yang sedang berdiri di depan pintu kelas ku. Aku langsung kaget dan menoleh ke arahnya.
"Hmm.. emang dia dimana sekarang?"jawabku menanggapi.
"Ya nggak tau juga sih, tapi kayaknya dia lagi ngetik deh, tadi gua sempet nanya - nanya katanya sih dia lagi ngetik buat surat undangan"
"Oh gitu,dimana?"
"Kayaknya sih di ruang OSIS"
Aku dan Randy pun menuju ruang OSIS dan menemui Niko, yang ternyata memang berada di ruang OSIS sedang mengetik. Randy langsung masuk dan menghampiri Niko sambil menepuk pundaknya, sedangkan aku hanya berdiri di depan ruangan OSIS.
"Woy Nik, sombong banget lu, nggak pernah main lagi sama kita - kita"ucap Randy seraya berdiri di sebelah Niko yang sedang berada di depan komputer.
"Nggak kok, cuma lagi sibuk aja"jawab Niko dingin.
"Masa sih?tapi kok gua perhatiin sekarang lu dingin banget"ucap Randy lagi yang terlihat semakin penasaran dengan Niko.
"Gua kan bilang nggak kenapa - kenapa"jawab Niko dengan nada yang mulai tinggi.
"Kok lu nyolotin sih?kan gua nanya baik - baik"Randy mulai menjawab dengan sedikit emosi.
"Ya tapi nggak usah maksa juga, gua kan udah bilang nggak apa - apa"Niko mulai sedikit panas.
Aku pun langsung menghampiri mereka berdua dan mencoba memecah suasana panas mereka berdua.
"Udah - udah, kok jadi pada ribut sih, eh Nik, gimana?udah jadi semua belum suratnya?biar nanti langsung di print dan gua langsung sebarin" ucapku sambil mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak semakin panas. Randy hanya menoleh ke arah ku dengan tatapan heran.
"Dikit lagi"jawabnya singkat.
"Mau gua bantuin nggak?"
"Nggak usah, gua bisa sendiri"jawabnya ketus.
"Hmm yaudah kalau gitu, nanti kalau udah, bilang gua ya?"ucap ku dengan tersenyum. Aku pun langsung menarik keluar Randy, agar mereka tidak terus adu mulut.
"Lu kenapa si Ran? kok malah pada ribut" Tanya ku heran.
"Ya lagi tuh orang, gua kan nanya baik - baik, tapi kok jawabannya kayak gitu banget" ujarnya masih dengan nada kesal.
"Ya maklumin aja, mungkin dia lagi pusing sama kerjaan dia, kan dia bikin banyak surat, jangan negatif dulu"aku mencoba menenangkan, Randy hanya terdiam dengan wajah masih terlihat kesal. Tidak berapa lama, tiba - tiba ada salah satu kakak OSIS yang datang, karena memang kami sedang berdiri di depan ruangan OSIS.
"Hei.. kalian ngapain disini?"Tanyanya
"Eh itu kak, habis ngelihat Niko, sambil nanya suratnya udah jadi apa belum, soalnya saya kan yang nyebarin surat undangannya" jelasku kepada kakak OSIS.
"Oh gitu, tapi udah belum?"tanyanya lagi.
"Belum kak, katanya dikit lagi"timpal Randy.
"Oh gitu, yaudah, nanti coba tanya lagi aja"ucap kakak OSIS.
"Iya kak, kita ke kelas dulu ya kak?"ucap ku seraya meninggalkan kakak OSIS tadi.
Sepulang sekolah, aku datang lagi ke ruang OSIS yang ternyata Randy sudah berdiri di depan pintu ruangan OSIS. Aku pun langsung menghampirinya.
"Kok berdiri aja di depan Ran?nggak masuk?"Tanya ku heran.
"Nggak San, gua sengaja nunggu lu"
"Oh gitu, emang kenapa gitu?kenapa nggak langsung masuk aja Ran?"
"Nggak enak aja gua San"
"Emm gitu, yaudah yuk masuk"ajak ku, yang langsung menarik tangannya masuk ke dalam. Kami langsung duduk di dalam ruangan OSIS, tidak lama Niko pun datang, aku langsung berdiri lalu menghampirinya.
"Eh Nik, gimana?udah selesai?"tanya ku
"Udah San, nih"jawabnya sambil menyodorkan berkas surat kepadaku.
"Terus kapan mau di sebarin Nik?" tanyaku sambil melihat - lihat berkas tersebut.
Tidak lama kemudian, Randy pun menghampiri aku dan Niko yang tengah berbicara masalah surat.
"Nggak tau, tanya aja kakak OSIS nya"jawab Niko.
"Gua ikut nyebarin ya San" Ucap Randy seraya merebut berkas yang sedang ku pegang lalu melihat - lihat isinya.
"Yaudah, bantuin gua deh, lu juga ikut ya Nik, itung - itung biar lebih cepet aja"ucap ku sambil mengajak Niko. Niko terlihat berfikir, lalu dia pun meng iya kan ajakan ku.
"Yaudah deh, lagi pula gua juga nggak ada kerjaan, dari pada diem aja"ucap Niko
"Nah gitu dong Nik, kan seru tuh rame - rame hehe "sahut Randy sambil tertawa. Aku pun tersenyum tapi Niko hanya menjawab dengan wajah ketusnya, entah apa yang terjadi, Niko seperti menyimpan dendam kepada Randy, padahal mereka baru saja saling mengenal.
Akhirnya aku, Randy, dan Niko pun pergi menyebarkan undangan ke rumah guru - guru. Dengan menaiki motor milik Randy, yang di kendarai oleh Randy.
"Eh Ran, ini nggak apa - apa? tumpuk tiga gini?"tanya ku, karena khawatir motornya rusak.
"Nggak kok, tenang aja, motor gua kuat heheh"jawab Randy tertawa sambil memegang motornya yang seolah - olah menunjukan kalau motorny itu memang kuat.
"Oke deh kalau gitu"jawabku pasrah. Aku duduk di tengah sedangkan Niko duduk paling belakang. Niko masih dengan sikap dinginnya.
Kami bertiga pun menyebarkan undangan dengan suasana yang sangat dingin dari sikap Niko. Tapi semua semakin lama pecah dengan lelucon yang di lontarkan oleh Randy. Semakin lama, terlihat sedikit senyuman di raut wajah Niko, ya walaupun masih dengan sikap dinginnya. Kami bertiga pun selesai menyebarkan undangan, walaupun masih ada beberapa yang belum di sampaikan, karena kami tidak mengetahui rumahnya. Kami langsung kembali ke sekolah untuk memberikan laporan dan mengembalikan surat yang belum disampaikan.
Rapat demi rapat kami jalani, merumuskan segala hal nya, mempersiapkan peralatan dan perlengkapan. Tugas demi tugas aku jalani, kadang aku sendiri, kadang berdua dengan Randy, kadang pula bertiga dengan Randy dan Niko. Suasana kami bertiga sedikit demi sedikit semakin terpecah, yang tadinya kaku dan dingin, kini sudah sedikit lebih baik. Yang tadinya hanya terlihat senyuman dengan raut wajah sinis, namun kini sudah sedikit nampak raut senyuman dari wajah Niko.
"Eh Nik, katanya nanti mau beli piala buat perlombaannya ya?"Tanya Randy semangat.
"Iyah, katanya sih gitu, tapi nggak tau siapa yang mau jalan"jawab Niko
"Udah kita aja bertiga yang beli hehehe"Ucap Randy sambil tertawa.
"Emang piala buat lomba apa aja Nik?"potongku.
"Ehm,, Pidato bahasa Inggris,Arab,Indonesia, lomba Adzan, terus lomba ceramah"jelas Randy
"Oh gitu. yaudah coba tanya yuk, ke kakak OSIS nya"ucapku, kami pun mencari kakak OSIS untuk menanyakan tentang hal pembelian piala.
"Kak, katanya hari ini mau pembelian piala ya?"tanya ku ke salah satu kakak OSIS.
"Iyah dek, tapi belum tau siapa yang mau beli"jawabnya.
"Kita aja yah kak?boleh nggak?hehehe"Sahut Randy seraya tertawa.
"Hmmm.. yaudah, kalian bilang aja sama ketua panitianya, biar nanti jelas, terus sekalian minta dananya"jawab kakak OSIS.
"Oh gitu, yaudah kak, kita nyari ketuanya dulu ya"ucap ku sambil menarik Randy dan Niko.
Kami bertiga pun mencari Andi, karena dia ketua dari kegiatan Pesantren Ramadhannya. Akhirnya kami bertemu dengan Andi, dia ternyata baru saja habis dari ruang guru. Kami pun menghampirinya.
"Eh Ndi, habis ngapain lu"Tanya Randy dengan sikap SKSD nya, seraya merangkul Andi.
"Ehm, gua habis nemuin guru - guru, buat minta pendapat beliau"jelas Andi.
"Oh gitu, ini kita mau koordinasi"ujarku.
"Iya nih kita mau ngomongin masalah beli piala"sambung Randy.
"Oh gitu, ada apa emang?"Jawab Andi.
"Gini, kita mau ngomongin, gimana kalau kita bertiga aja yang pergi beli pialanya?"Ucap Niko.
"Oh gitu, yaudah kalau gitu, kalian ke bendahara aja, minta anggaran dananya, bilang aja udah ngomong sama gua"jawab Andi.
"Oke deh, makasih ya Ndi"jawab kami bersamaan, lalu seraya pergi mencari bendaharanya.
Kami bertiga pun pergi mancari Anis, karena dia adalah bendaharanya. Setelah pencarian yang cukup lama, kami bertiga akhirnya berteu dengan Anis, yang ternyata berada di depan kelasnya di X AP 1 yang sedang mengobrol dengan temannya.
"Hei Nis" sapa Randy.
"Eh iya, ada apa?"jawab Anis.
"Gini nis, tadi kita bertiga habis koordinasi sama Andi masalah pembelian piala, dan dia udah ngizinin kalau kami bertiga yang mau beli pialanya"jelas Niko.
"Iya, dan kita mau minta dananya eheheh"sambung Randy.
"oh gitu, yaudah tunggu dulu, gua mau ambil datanya dulu sekalian ambil uangnya "jawab Anis yang langsung masuk ke dalam kelasnya. Tidak lama kemudian Anis pun keluar lagi dengan membawa data dan uangnya.
"Nih"ucap Anis seraya memberikan sepotong kertas berisi anggaran dananya. Aku langsung menerimanya dan membacanya.
"Oh ini aja, oke deh"Jawabku.
"Oya, nih uangnya, kalau kurang nanti hubungin gua aja lagi"ucap Anis sambil memberikan uang nya kepadaku.
"Tenang aja kok, kan kita cuma ngasih uang muka dulu"jelasku.
"Oh gitu,yaudah deh"jawab Anis.
Kami bertiga langsung pergi meninggalkan Anis, lalu bergegas ke parkiran sekolah untuk mengambil motor Randy. Karena kami bertiga akan pergi menaiki motor Randy. Aku tetap duduk di tengah seperti biasa, sedangkan kali ini Niko yang mengendarai motornya.
Kami pun pergi ketempat penjual piala untuk memesan pialanya terlebih dahulu, setelah selesai memesan pialanya kami segera pulang, dan akan kembali lagi ke tempat piala itu 4 hari lagi. Beberapa hari kemudian, kami pun pergi mengambil pialanya sekalian memberikan sisa uangnya, tapi kali ini hanya aku dan Randy saja yang pergi, karena Niko sedang sibuk dengan tugasnya.
Bulan Ramadhan telah tiba, bulan yang sangat di nantikan dan di rindukan oleh umat islam tentunya, yang berarti kegiatan Pesantren Ramadhan akan sebentar lagi dilaksanakan. Seluruh panitia pun sibuk mengurus kegiatan tersebut, dari mulai koordinasi, sampai mematangkan kegiatan tersebut, sampai akhirnya kegiatan Pesantren Ramadahan pun tiba, kami semua terlihat sibuk dengan kegiatan tersebut. Kegiatan lomba - lomba islami di laksanakan, lomba cerdas cermat, pidato, ceramah, dan adzan. Alhamdulillah, kegiatan tersebut berjalan dengan lancar tanpa banyak hambatan, walaupun ada sedikit masalah - masalah, namun tidak sampai mengganggu jalannya acara.
12 September 2009
Hari ini, hari terakhir kegiatan Pesantren Ramadhan, yang akan di akhiri dengan kegiatan buka puasa bersama. Seluruh panitia sudah mulai sibuk dari pagi, dari mulai mempersiapkan perlengkapannya sampai makanan yang akan di hidangkan untuk buka puasa bersama nanti sore. Aku sibuk dengan koordinasi ke guru - guru, Randy sibuk membantu membeli perlengkapan dan makanan - makanannya, Niko sibuk dengan persiapan tempat yang akan di gunakan untuk buka puasa bersama nanti. Kami bertiga saat ini benar - benar sibuk, sampai - sampai tidak melihat satu sama lain. Tidak terasa waktu telah menunjukkan jam 15.00 sore, siswa - siswi sudah berdatangan , para panitia pun merapihkan siswa - siswi tersebut. Acara pun di mulai dengan shalat Ashar berjamaah, lalu di lanjutkan dengan pembagian hadiah, lalu di tutup dengan kultum, karena waktu sudah mendekati Maghrib, seluruh panitia pun lalu membagikan takjil kepada siswa - siswi dan para guru. Tidak lama kemudian, adzan Magrib pun berkumandang, Para Siswa - siswi beserta guru lalu memakan takjil yang telah di bagikan, begitu juga seluruh panitia. Setelah memakan takjil, kami semua melaksanakan Shalat Maghrib berjamaah. Setelah shalat, para siswa - siswi kembali ke ruangan masing - masing.
Panitia mengumumkan ke seluruh kelas, agar masing - masing ketua kelas datang ke ruang panitia untuk mengambil makanannya. Panitia lalu membagikannya, aku dan para panitia lainnya makan bersama di ruangan panitia, kami tidak ke ruangan masing - masing, mungkin karena lebih sibuk di sini. Tidak lama kemudian, tiba - tiba hujan turun, walaupun tidak begitu deras. Para siswa - siswi pun ada yang pulang dan ada juga yang menunggu hujan berhenti.
"Yah hujan, kita pulang nya gimana dong?"terdengar gerutu dari salah satu siswa.
"Haduh segala hujan sih, ada - ada aja,bikin ribet"ucap siswa lainnya.
Aku melihat Niko sedang menoleh ke arah mereka dari balik pintu.
Aku pun berjalan menghampirinya, karena heran dengan apa yang dia lihat sedari tadi.
"Eh Nik, ada apa?"Ucap ku seraya menepuk pundak Niko.
"Emm.. Nggak apa - apa, cuma lucu aja sama mereka"jawab Niko dengan raut wajah heran.
"Oh gitu, pasti karena mereka menggerutu karena hujan ya?"tanya ku yang sedikit mengerti apa maksud Niko.
"Iya, kok lu tau?"Tanya Niko heran.
"Ya tau lah, gua juga heran banyak yang ngeluh sama hujan, padahal hujan kan bagus, bikin sejuk, di saat gua lagi banyak masalah, gua sangat ngebutuhin hujan, karena gua ngerasa tenang banget. Dan hujan juga menyimpan banyak cerita di kehidupan gua" aku mencoba menjelaskan kepada Niko.
"Hemm.. gitu, gua suka sama hujan, hujan bagi gua adalah anugerah dan berkah dari ALLAH buat ummatnya, jadi nggak seharusnya kita bergerutu saat hujan turun, justru harusnya kita bersyukur masih turun hujan"ucap Niko sambil melihat kearah orang yang bergerutu tadi.
Tidak lama kemudian, aku menoleh ke arah Randy yang tengah berada di luar kelas sambil menadah hujan.
"Eh, Nik tuh si Randy ngapain ya?bengong sambil nadahin hujan"ujar ku sambil menunjuk ke arah Randy.
"Nggak tau, tumben banget dia diem kayak gitu. Biasanya nggak bisa diem tuh orang"Jawab Niko dengan raut wajah yang tidak mengenakkan.
"Samperin yuk"Ucap ku sambil menarik tangan Niko dan menuju ke arah Randy.
"Eh Ran, lu lagi ngapain?"Ucap ku sambil menepuk pundak Randy, yang sedari tadi sedang menadah hujan dan sambil tertunduk melihat ke arah hujan jatuh.
"Nggak apa - apa kok, gua cuma lagi keinget suatu hal"jawab Randy yang masih tertunduk memandangi hujan.
"Kelihatannya lu sedih banget"Ucap ku dengan lagak sok tahu.
"Nggak kok, biasa aja" jawabnya sambil menoleh ke arah kami.
"Oh gitu, yaudah, lu mau langsung pulang San?" Tanya Niko.
"Nggak tau Nik"jawabku.
"Pada nginep aja di rumah gua ya, rumah gua lagi nggak ada orang nih, temenin gua yak"Randy meminta.
"Gua sih mau aja, lu gimana Nik?"Jawabku lalu menoleh ke arah Niko.
"Yaudah kita temenin Randy aja"jawab Niko. Kami pun memutuskan untuk menginap di rumah Randy untuk menemaninya. Saat kami mau pulang, Andi mamanggil kami.
"Eh San, sini dah"Andi memanggil ku, aku pun menghampirinya.
"Kan makanan masih sisa banyak, lu bawa gih"ucap Andi.
"Oh gitu, yaudah deh, gua bawa 3 kotak ya, soalnya gua mau nginep sama Niko di rumah Randy"
"Yaudah kalau gitu"
Aku lalu mengambil nasi kotaknya, lalu kami pergi ke rumah Randy, walaupun dengan hujan - hujanan dan menaiki motor bertiga. Sesampainya di rumah Randy, kami langsung mengelap tubuh kami dengan handuk, karena tubuh kami lumayan basah. Setelah itu, kami pun mengobrol bersama sambil bermain PlayStation 2 milik Randy. Tak terasa hari sudah berganti, sekarang sudah pukul 02.00 dini hari, Lalu Randy tiba - tiba membuka pembicaraan baru tentang kami bertiga.
"Eh, kalian nyaman nggak sih dengan kita bertiga?"Ucap Randy sambil melihat ke arah aku dan Niko.
"Maksudnya?"Jawab ku heran.
"Iya, gua nggak ngerti"Tambah Niko.
"Jadi gini, gua ngerasa kita tuh udah ada Chemistry aja, gua ngerasa kita tuh bisa saling mengerti satu sama lain"jelas Randy sambil membenarkan posisi duduknya karena sudah semakin serius..
"Iya sih, gua juga ngerasa gitu, ya walaupun kadang kalian berdua masih suka berantem"jawabku sambil melihat ke arah Randy dan Niko.
"Gua mau kita bukan sekedar menjadi TEMAN! tapi SAHABAT!"Jelas Randy dengan menggebu - gebu.
"SAHABAT??"Ucap aku dan Niko bersamaan dengan nada kaget.
"Iya sahabat! emang salah ya?"ucap Randy meyakinkan.
"Lebay banget sih"Ucap Niko heran
"Lah, emang nya salah ya?" ucap Randy heran.
"Kita tuh cowok, bukan cewek, terlalu berlebihan aja" ucap Niko sinis.
"Nggak ada salahnya kok Nik, bukannya lebih baik kalau kita bersahabat? toh kita nyambung - nyambung aja kok" ucap ku mencoba meyakinkan Niko.
"Yaudah"jawabnya terpaksa.
"tapi apa kalian yakin?" sambung Niko dengan sedikit kebimbangan.
"Ehm, gua yakin kok"ucap ku
"gua juga sangat YAKIN"Randy tak mau kalah.
"Yaudah kalau gitu, mulai sekarang berarti kita sahabatan ya"Tambah Randy dengan wajah bahagia.
Aku dan Niko sejenak berfikir, lalu kami pun memutuskan untuk menjalin persahabatan, walaupun awalnya Niko masih sangat sulit menerimanya.
Duuuuuaaarrr....!! Tiba - tiba terdengar bunyi petir, dan hujan pun menjadi semakin deras.
"Eh gimana kalau kita bikin nama buat persahabatan kita?"ucap Randy semangat.
"Nama?Apa lagi sih? gua bilang kan jangan lebay, kayak cewek banget sih!" ucap Niko yang semakin terlihat muak dengan pembicaraan kami.
"Ya emang nya kenapa sih? emang nya cewek doang yang boleh pake nama gitu? toh cuma sekedar nama aja, biar unik juga" jelas Randy yang sedikit terbawa emosi.
"Udah - udah, jangan pada berantem lagi, nggak apa - apa kok, bener kata Randy, biar unik " aku mencoba menengahi mereka.
"Yaudah, terus mau nama apa?"tanyanya sinis sambil menatap dengan tatapan tajam ke arah Randy..
"Gimana kalau RIN? Randy,Insan,Niko?biar kayak band RAN itu"jawabku memberi usul dengan sedikit tertawa.
"Ya janganlah, masa ngikutin gitu"jawab Niko masih dengan nada sinis.
"Terus apa dong?"jawab Randy.
Kami pun berdebat mengenai nama tersebut, sampai akhirnya suasana mendadak hening sesaat,, Kami saling diam, berfikir, dan memutar otak, hanya untuk menentukan nama untuk persahabatan kami ini.
Niko yang awalnya duduk sambil bersandar di dinding dengan sikap acuh, akhirnya mengambil posisi yang serius.
"Gimana kalau RaInNi?RAndy,INsan,NIko"Niko memberi usul, seraya membenarkan posisi duduknya.
Sontak kami, lebih tepatnya aku dan Randy terkejut atas usul dari Niko tersebut.
"RAINNI?"jawab aku dan Randy kaget.
"Iyah RaInNi, di ambil dari kata hujan, karena kita memutuskan ini saat hujan turun kan?hujan itu banyak makna tersirat di dalamnya,hujan itu penuh berkah"jelas Niko.
Entah apa yang ada di dalam benak Niko, sampai - sampai terfikir nama tersebut, nama yang di ambil dari kata hujan, nama yang melambangkan hujan, jujur aku menyukai nama tersebut, terlebih aku memang sangat menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan hujan.
"Bagus tuh, gua suka sama hujan, dan dengan nama ini, persahabatan kita bisa seperti hujan, yang turun secara bersama - sama, jatuh bersama, dan hilang bersama, kita bisa mendamaikan suasana layaknya hujan"Jawabku
Di balik kebahagiaan ku atas nama yang di usulkan Niko tersebut, terlihat Randy yang malah terdiam, lalu menundukan kepalanya, bukan karena tidak menyukai nama tersebut, ataupun karena tidak suka karena Niko yang memberikan usul tersebut, yang terlihat di wajahnya seperti sebuah kesedihan yang terpendam, terlihat seperti ada yang memalingkan fikirannya. Entahlah, aku memang tidak bisa mengerti Randy, dan semua sikap dan sifatnya.
Karena merasa tidak di hargai, Niko akhirnya menegur Randy yang sedari tadi terdiam setelah ia memberikan usul nama tersebut.
"Kenapa malah diem aja lu?"tanya Niko sinis dengan wajah merendahkan.
"Nggak suka sama usul gua? ngomong aja lah, nggak usah diem kayak gitu"sambungnya sambil sedikit mendorong bahu Randy.
Randy yang merasa risih dengan perbuatan Niko terhadapnya, ia akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke arah Niko "Nggak usah sok tau!!" jawab Randy dengan nada menekan.
Seperti biasa, karena aku tidak mau sesuatu yang tidak di inginkan terjadi, akhirnya aku mencoba mendinginkan suasana.
"Kebiasaan deh, beranteem mulu, udah kayak Tom and Jerry aja lu berdua, gini deh,, Nik, jangan selalu negatif terus, dengerin dulu Randy ngomong..."
Belum sempat aku menyelesaikan kata - kata ku, Niko langsung memotong pembicaraan ku "Yaudah seterah!!"jawabnya acuh.
Aku pun membalas ke acuhan Niko dengan senyuman
"Yaudah Ran, jadi lu setuju nggak sama nama nya ?"tanya ku sambil memegang pundak Randy.
Randy yang masih termakan emosi tidak merespon pertanyaan ku, justru malah semakin terdiam. "Ran, gimana? jawablah.."aku menggoyah - goyahkan pundaknya, berharap Randy mau merespon pertanyaan ku tersebut.
"Iya, iya gua setuju, yang seperti lu bilang, kita kan sama - sama suka hujan, jadi yaudah pake nama itu aja"jawab Randy terpaksa.
"Suka hujan? emangnya lu suka sama hujan?perasaan di antara kita bertiga lu doang yang nggak jelas suka sama hujan atau nggak" bantah Niko yang merasa Randy hanya mengada - ada dengan jawabannya.
"Gua suka kok sama hujan"jawab Randy singkat.
"Coba apa alasan lu?" bantahnya lagi.
"Coba, sekarang siapa yang berlebihan ? suka sama hujan aja pake alasan, lebay banget lu" kali ini Randy bersikap seakan ingin mengajak ribut.
"Hey, udah.. bisa kan ? udah, pokoknya nama kita RaInNi" ujar ku tegas, mencoba menutup pertikaian mereka. Entah harus berapa kali aku mendengar pertikaian mereka, setiap kali berpendapat, selalu saja bertikai, seakan tidak ada lagi hal yang lebih penting daripada bertikai. Mereka pun akhirnya menyetujui peng akhiran ini dengan terpaksa.
"Yaudah, damai dulu dong, salaman" ucap ku mendamai kan mereka.
Randy yang memang tidak terlalu egois, akhirnya mengulurkan tangannya untuk berjabat kepada Niko, namun Niko menolaknya mentah - mentah dengan menghiraukannya.
Randy yang merasa dirinya di hiraukan, akhirnya menarik kembali uluran tangannya "Yaudah kalau lu nggak mau salaman sama gua, tapi lain kali lu pasti mau"ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Oke mulai sekarang kita adalah 'RaInNi' "Ucap kami sambil memandangi satu sama lain sembari berteriak.
RaInNi pun lahir, bersama deras nya hujan, yang diiringi oleh dentuman petir, dan di balut oleh indahnya bulan suci Ramadhan.
==RaInNi 13 September 2009===