Lahir Bersama Hujan
05/04/2013 19:35Hujan..
Kala dimana sebuah kebahagiaan terlahir
Kala dimana air mengalir membasahi permukaan bumi
Kala dimana air mata kesedihan menjadi kebahagiaan
Kala dimana hati merasa tentram dan damai
Kala dimana sebuah cerita dimulai..
Cerita tentang hidup dan hujan
Saat itu hujan turun sangat deras, di sertai gemuruh petir yang saling bersautan bak musik instrumental alami. Rintikan hujan yang jatuh pun mengiringi musik instrumental alami tersebut, bahkan isak tangis bayi pun ikut meramaikannya. Hingga, malam yang gelap gulita pun tidak terasa manakutkan.
Dini hari,di sebuah bidan kecil, di pelosok desa daerah Cianjur, di pinggir sawah yang ditumbuhi padi - padi nan kuning, sekitar pukul 01.09 WIB tepatnya tanggal 09 Januari 1994. Aku lahir dan menghirupkan nafas pertama ku di dunia ini, sembari menangis kencang. Air mata pun turun bersamaan dengan turunnya hujan yang deras. bukan hanya aku yang menangis tapi ke dua orang tua ku pun ikut menangis. Tentunya menangis bahagia karena telah bisa melihat anak nya lahir dengan selamat. Lalu, dengan penuh harap ayah dan mama ku mencium keningku dan berdoa, lalu ayah pun meng adzan kan ku tepat di telinga kanan ku.
************
15 Tahun kemudian ...
Bisikan burung dan kilau cahaya pagi ini membuat diri ku terbangun dan tersadar kalau waktu sudah menunjukan pukul 5.00 pagi, aku pun bangun perlahan sembari mengumpulkan nyawa ku yang terbang entah kemana. Lalu aku pun bergegas menuju kamar mandi, yah tepatnya untuk ambil wudhu sembari mandi, lalu sholat dan dilanjutkan dengan berangkat sekolah dengan terburu - buru, karna hari ini aku kesiangan.
" Aku berangkat nek!" ucap ku seraya menghampiri nenek lalu mencium tangan beliau.
" Yaudah hati - hati ya San, sudah makan belum? " tanya Nenek ku yang sedang asik memasak.
" Sudah ko, aku berangkat yah, Assalamu'alaikum! " jawab ku lalu pergi ke luar pintu untuk segera berangkat ke sekolah.
" Wa'alaikumsalam " sahut nenek
Insanul Hakim, itu lah nama yang di berikan oleh kedua orang tua ku, aku sekolah di SMP DUTA GERIYA, aku kelas 3 SMP, yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Aku biasanya berangkat sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak sekolahku yang memang tidak begitu jauh dari rumah.
" Hei San !! " terdengar suara dari seberang jalan.
Aku pun langsung menoleh ke arah datangnya suara tersebut, dan ternyata dia adalah Abdu, teman satu sekolah ku namun beda kelas, yang juga teman terdekat ku juga. Kami memang terbiasa berangkat bersama - sama ke sekolah karena kebetulan rumah kami berdekatan.
" Eh lu du " sahut ku singkat.
" Eh, gimana lu udah siap menghadapi UN belum ? Kan udah 2 minggu lagi " tanya nya sembari menghampiri ku.
" Gimana ya, ya siap gak siap dah " Jawab ku sambil tersenyum singkat.
" Hehe iya juga sih ya, di bilang ga siap tapi emang udah harus siap "
" Ya maka dari itu, optimis sajalah, yang penting kita harus udah siap dan selalu berdoa juga untuk menghadapi UN"
" Ya kalau itu sih emang harus San " jawabnya, aku pun hanya menjawabnya dengan senyuman kecil.
Kriinngggggg.... kriiiiiinggg..
Setelah asik mengobrol, tak terasa kami sudah hampir sampai di sekolah, dan bel pun sudah berbunyi yang artinya kami harus capat sampai di sekolah agar tidak terlambat.
" Wah, bel udah bunyi San, ayo cepetan " ucap Abdu yang sedikit panik karena takut terlambat,
" Wah iya, yaudah jalannya yang cepet " jawabku sambil mempercepat langkahku.
Tak berapa lama kami akhirnya sampai di sekolah, dan untungnya kami belum benar - benar terlambat.
" Gua ke kelas dulu ya San, belajar lu jangan pacaran mulu haha " teriak nya sambil tertawa, dan berlalu menuju kelasnya.
" Hemmm bukannya lu yg sering pacaran, udah ah telat nih " jawab ku tertawa kecil lalu menuju ke kelas.
Kami pun masuk ke kelas masing - masing dan mengikuti kegiatan belajar mengajar.
********
Kriiinggg...
Bel istirahat pun berbunyi, teman - teman ku berlarian keluar kelas tapi tidak dengan aku, aku terbiasa duduk di kelas pada jam istirahat, ya paling hanya mengobrol bareng teman sekelas ku yang juga tidak keluar kelas.
" San !! " ada teriakkan dari luar kelas, yang lalu masuk ke dalam kelas ku. Aku pun menoleh ke arah pintu tersebut.
" Diem aja lu di kelas, maen lah " sambungnya, lalu duduk di sebelah ku.
Ternyata Faisal, dia adalah salah satu sahabat ku, kami biasanya bertiga, aku, Faisal dan Yudi.
" Tau luh, di kelas aja, jajan yok " sambut salah seorang yang juga tiba - tiba masuk ke dalam kelas ku dan berdiri di depan meja ku. Dan Yudi pun akhirnya ikut bergabung bersama kami. Mereka berdua adalah sahabat ku di sekolah ku ini. Kami bersahabat sejak kelas 1 SMP, ya walaupun kami tidak pernah 1 kelas, entah apa yang menyatukan kita, tapi beginilah.
" Yaudah, mau jajan apa emangnya ? " jawab ku sambil menatap keua sahabatku.
" Laga lu, emang lu punya duit ? Haha" sahut Faisal dan Yudi berbarengan.
" Nggak juga sih hehe " jawab ku sambil tertawa renyah.
" Oke dah, yok ah entar keburu bel aja " Faisal menyahut.
Kami pun pergi ke kantin,, tepatnya ke warung Babeh. Babeh memang sudah jadi langganan kami, bahkan anak - anak lainnya. Di sini biasanya anak - anak jajan sembari duduk - duduk menunggu bel istirahat berbunyi.
" Beh, saya beli roti ya ? " ucap ku sambil mengambil rotinya.
" Beh, biasa.. gorengannya 3 ribu ya hehe " Yudi gak mau kalah
" Ah lu makanannya ga ada yang sehat, kayak gw dong, Beh nasi uduk ya tambah gorengannya lima" Ucap Faisal seraya memakan satu gorengan yang langsung di ambilnya.
" Ah sama aja bohong, gorengan juga. Pantes aja badan lu gede, makan lu paling banyak sih hahaha " Yudi menimpal sambil tertawa terbahak - bahak.
" Haha yang penting gua sehat bro haha " jawab Faisal yang tidak berhenti mengunyah makanan di mulutnya.
" Udah udah, cepet makan, bentar lagi bel nih " Potong ku, lalu memakan rotinya, dan Babeh pun hanya tersenyum melihat kelakuan kami, ya Babeh memang sudah hafal betul tingkah laku kami ini.
Sedang asik - asiknya makan tidak lama bel istirahat selesai pun berbunyi.
Kami lantas segera menyelesaikan makan dengan terburu - buru tentunya, termasuk Faisal yang paling banyak porsi makannya. Dan setelah selesai makan kami pun bergegas kembali ke kelas karna bel tanda selesai istirahat sudah berbunyi.
Belum sempat masuk ke kelas tiba - tiba . . .
" San !! " terdengar teriakkan seseorang memanggil nama ku dari kelas seberang.
Langkah ku langsung terhenti dan langsung menghampiri seseorang yang memanggil ku.
" Kenapa Fit ? " Jawab ku sambil menghampirinya.
" Kita disuruh Pak Kepsek untuk keliling kelas 3, buat nyampein kalau bakal ada pengarahan prihal ujian selepas pulang sekolah " katanya
" Oh gitu, oke deh "
Hmmm.. Dia adalah Fitri, anak kelas IX D, diam - diam aku mengaguminya, karena dia itu seorang aktifis di sekolah tapi..
Seketika lamunan ku buyar.
" San ! Ko malah bengong, ayo cepetan " ucapnya sambil menepuk pundakku
" Eh, maaf maaf, yaudah yok " jawab ku sambil menggarukan kepala, setelah kaget karena sempat melamun.
Kami langsung menuju seluruh ruang kelas 3 dan memberikan pengumuman kepada siswa - siswi kelas 3 untuk menyampaikan amanat dari Pak Kepala Sekolah.
Keliling kelas akhirnya selesai, yah cukup lumayan capek walaupun cuma 6 kelas, angkatan ku terdiri dari kelas IX A sampai IX F.
" Makasih ya San " ucapnya sambil tersenyum kepada ku.
" Hah? makasih? Kan emang di minta Pak Kepsek " jawab ku heran.
" ya makanya makasih karna udah mau nemenin " jawabnya menjelaskan.
" Oh gitu, oke deh " Jawab ku tesenyum.
Kami pun langsung menuju kelas masing - masing lagi untuk melanjutkan belajar yang sedikit tertunda tadi.
Krrrriiiiiiiinggggg... Krrriiiiiiiiiiiiiiinggg.... Krriiiinggggggggg...
Bel pulang sudah berbunyi, ini waktu yang sangat di tunggu - tunggu oleh para pelajar termasuk aku, eitttssss... hampir lupa kalau ada pengarahan prihal ujian, kegembiraan pun terhenti sampai disini, di lanjut dengan keluhan massal oleh para teman - teman ku..
" Haduh.. kenapa sih harus siang - siang gini pengarahannya, udah gitu di lapangan pula, kan panas " Keluh Abo
" Iya nih, gak tau apa ya cacing udah pada ngeband di dalam perut " Timpal Ayu sambil memagang perutnya karena kelaparan.
" Iya nih sama, kulit gua kan udah putih mulus, masa panas - panas an sich, nanti jadi item gimana, terus jadi jelek deh " Ratna gak mau kalah dengan kecentilannya.
Aku hanya bisa geleng - geleng kepala melihat para wanita - wanita ini mengeluh dengan sejuta keluhan.
" Jangan heran San, namanya juga cewek, biasalah kadang lebay gimana gitu " Sahut Adang sambil menepuk pundak ku
" Iya sih cuma heran aja, masih aja mikirin kayak gitu, padahal ada yang lebih menakutkan daripada panas "
" Apaan tuh San ? " tanya Adang heran.
" Monster UN " jawab ku.
" Hahahaha dasar kau ini, yaudah yuk ah ke lapangan udah pada kumpul tuh " Jawab Adang sambil menarik ku keluar kelas.
Aku, Adang, teman - teman kelas ku, termasuk 3 wanita tadi pun keluar kelas, dan mencari posisi baris, ya tentunya cari yang paling adem tapi karna sekarang jam 12.30 siang, tentunya matahari sedang berada tepat di atas kepala jadi ya percuma, kami pun berbaris dengan rapih. Tidak lama kemudian Pak Kepsek datang, lalu berdiri di depan para murid dan langsung menyampaikan pengarahan yang sebelumnya sudah di informasikan.
" Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh "
" Wa'alaikum salam Warrahmatullahi Wabarakatuh " Jawab para murid serentak, lalu mendengarkan dengan seksama.
" Ya seperti yang sudah di sampaikan sebelumnya kalau di kumpulkannya kalian disini tentunya untuk prihal ujian nasional yang sudah menghitung hari, dan harusnya kalian sudah harus siap menghadapinya, disini Bapak hanya ingin menyampaikan beberapa hal yaitu :
Pertama kalian harus sudah menyiapkan mental dan juga fisik kalian, jaga kondisi kalian jangan banyak bergadang, terutama untuk yang putra nya
Kedua jangan terlalu di jadikan beban karna itu hanya akan membuat kalian terbebani dan jangan pula banyak fikiran, biasanya pada mikirin pacarnya aja nih "
Seluruh siswa pun tertawa dan saling timpal ada yang berkata " Tuh, jangan pacaran mulu lu " lalu.. " Lu tuh yang pacaran mulu " dan timpalan lainnya. Suasana pun jadi ricuh tapi Pak Kepsek pun langsung menenangkan kembali dan melanjutkan pembicaraannya.
" Ya Bapak disini hanya bisa mengarahkan, tentunya semua ada di tangan kalian masing - masing, mungkin itu saja yang bisa bapak sampaikan, sekarang di persilahkan meninggalkan sekolah dan ingat pesan bapak, banyak belajar dan berdoa, Waaalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh " Lanjut nya, dan kemudian meninggalkan lapangan.
" Wa'alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh " Jawab murid serentak.
Seluruh siswa pun meninggalkan sekolah dan tentunya..
" Yeah akhirnya pulang juga " teriak salah 1 siswa
" Iya nih, mana panas banget " sahut siswa lainnya
" Laper pula " sambung siswa lainnya
Dan sekali lagi, aku hanya bisa geleng - geleng kepala.
Aku pun pulang ke rumah dan tentunya belajar, belajar, dan belajar.
********
Beberapa hari kemudian..
Hari yang di nanti, Hmmm.. mungkin tepatnya hari yang menegangkan pun tiba. Hari ini aku berangkat lebih pagi dari biasanya, ya karena untuk mempersiapkan tentunya. Aku pun berangkat ke sekolah, dan tidak lupa berpamitan dengan nenek ku dan tentunya meminta do'a dari beliau.
" Nek, Insan berangkat, hari ini Insan UN, doain ya " ucapku sambil mencium tangan
Nenek ku.
" Iyah San, di doain semoga lancar ya, inget jangan tegang ya "
" Oke deh Nek, makasih ya, Assalamualaikum "
" Wa'alaikumsalam "
Aku pun keluar rumah menuju sekolah, di jalan aku melihat banyak wajah - wajah tegang anak SLTP. Seperti biasa, di jalan aku bertemu dengan teman seperjalanan ku ya siapa lagi kalau bukan.... Abdu.
" Gimana nih San, udah siap tempur belum ? " Gurau nya.
" Hemm.. sudah harus siap, ini udah bawa senjata rahasia " Jawabku sambil menunjuk ke dada yah tepatnya di hati.
" Kenapa hati ? " Jawabnya heran
" Kalau kita percaya pada diri kita sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain semua pasti bisa, yang penting kita berusaha dan berdoa " Jawabku
" Hehehehe bisa aja lu, tapi benar juga sih, terlebih banyak orang yang tidak percaya pada diri sendiri, yang akhirnya dia nyontek bahkan ada yang saking gak percaya dirinya ada yang menyerah sebelum berperang, ada yang bunuh diri lah, padahal dia belum liat tuh soal susah atau nggak tapi udah nyerah aja "
" Hemmmm.. nah itu lu tau, makanya kita percaya pada kemampuan diri sendiri aja "
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah kami langsung menuju ruangan masing - masing sesuai dengan nomor ujian kami. Aku mendapatkan ruang 4 sedangkan Abdu berada di ruang 1.
Aku duduk di barisan paling depan, dengan penuh rasa tegang aku mencoba menenangkan diri ku, seraya membaca lagi buku pelajaran yang akan diujikan hari ini, begitupun dengan teman - teman ku yang lainnya, mereka sedang serius membaca buku pelajaran yang akan di ujikan hari ini.
Krrriiinnngggg.....
Bel tanda masuk pun berbunyi, para murid langsung membereskan buku dan tas nya, dengan memesukkan buku nya ke dalam tas, lalu menaruh tas tersebut di depan kelas, karena memang tidak boleh ada tas, ataupun lainnya selain papan jalan beserta pensil dan penghapus.
Para pengawas pun memasuki seluruh ruangan ujian masing - masing, tak lama kemudian pengawas kami masuk ke ruangan, dengan penuh rasa cemas teman - teman ku melihat ke arah pengawas tersebut. Pengawas tersebut duduk di bangku pengawas lalu meminta kami untuk segera berdoa, tapi sebelum berdoa, kami mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Bismillahirrahmanirrahim" Ucap ku dalam hati seraya tersenyum. Kami pun memulai ujiannya, dengan penuh ketegangan.
Hari pertama Ujian Nasional pun berjalan lancar dan sukses begitu pun hari berikutnya. Ketegangan dan kecemasan di dalam ini pun bertambah, rasa takut akan hasil dari perjuangan selama 3 tahun, meracuni fikiran. Setelah berjuang mati - matian, kini saatnya untuk berdo'a agar mendapatkan hasil yang baik.