Evaporasi Persahabatan
18/06/2013 17:50
Rainni..
Sebuah kisah yang melukiskan keindahan di balik derasnya hujan
Hujan..
Menjadi saksi persahabatan ini di mulai
Hujan..
Menjadi awal langkah persahabatan ini
Pagi hari ini di awali dengan derasnya hujan, dan hari ini pula, hari pertama masuk sekolah lagi setelah 2 minggu libur menjelang lebaran dan sesudah lebaran. Berat rasanya mata ini untuk membuka mata, apalagi untuk terbangun dari tempat tidur ku yang sangat nyaman ini. Tapi, semua terkalahkan saat aku mengingat ' RaInNi ', karena hari ini adalah hari pertama RaInNi hadir di dalam sekolah kami. Aku pun bergegas beranjak dari tempat tidur ku, lalu segera mandi, shalat subuh, sarapan, dan berangkat sekolah. Tidak seperti biasanya, hari ini aku yang menyampar Randy ke rumahnya, karena kalau menunggu dia, bisa - bisa aku akan telat juga, karena belakangan ini Randy selalu datang terlambat. Aku pun berangkat sekolah dengan tidak lupa berpamitan dengan Nenek ku, lalu pergi ke rumah Randy. Sesampainya di rumahnya, benar saja, dia masih tertidur pulas, aku pun masuk ke dalam rumahnya, karena memang kami ( aku dan Niko ) sudah terbiasa masuk ke dalam rumahnya, lagipula orang tua dari Randy seang tidak ada di rumah. Aku pun masuk ke dalam kamar Randy, lalu membangunkannya.
"Ran, bangun lah.. sekolah kita hari ini!"ucapku sambil menggoyah - goyahkan tubuh Randy yang sedang tertidur pulas, karena dia belum bangun juga aku pun mengulangnya berkali - kali.
"Woy Ran, bangun, udah jam berapa ini!"ucap ku mengulang. Setelah beberapa kali aku menggoyah kan tubuhnya, akihrnya Randy pun terbangun dari tidurnya. Sambil setengah sadar randy pun menoleh ke arah ku dan berbicara yang sedikit tidak jelas karena masih setengah sadar.
"Eh lu,kenapa?"ucapnya dengan mata masih terkantuk.
"Kenapa?sekolah lah, udah jam berapa ini"jawabku sambil menunjuk ke arah jan dinding.
"Oh iya ya hehehe yaudah gua mandi dulu dah"jawabnya sambil tertawa.
Akhirnya Randy pun bergegas mandi setelah aku berkali - kali membangunkannya dengan susah payah. Setelah mandi dan siap - siap, kami pun bergegas berangkat sekolah karena memang sudah hampir telat.
"Cepetan lu, telat nih!"ucap Randy sambil menarik tangan ku yang sedang duduk.
"Yey, lu yang bikin telat nih"jawab ku sembari bangun. Randy pun hanya tertawa karena memang kami telat itu karena dia yang kesiangan. Aku berangkat menaiki motor Randy, walaupun sebenarnya jarak antara sekolah dengan rumah kami itu tidak begitu jauh, tapi karena sudah hampir telat, maka kami putuskan untuk mengendarai motor.
Kami pun sampai di sekolah, Randy menaruh motornya di parkiran sedangkan aku menunggunya di depan parkiran. Setelah Randy manaruh motornya kami berdua pun langsung menuju ke ruang kelas masing - masing. Setelah sampai di kelas, aku langsung halal bihalal dengan teman -teman ku di kelas, karena memang setelah acara buka puasa bersama kami langsung libus sekolah dan tidak saling bertemu satu sama lain, jadi baru hari ini kami sempat saling halal bihalal dan melepas rindu Setelah beberapa saat, terdengan suara bel masuk.
Krrriiiiiingggg... Kriinnggggg..
Kami langsung bergegas duduk di tempat duduk masing - masing untuk melakukan kegiatan wajib kami sebelum memulai kegiatan di sekolah, tepatnya sebelum Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) di mulai, yaitu membaca Juz Amma, membaca Shalawat Nariyah, lalu membaca Do'a Aqidah. Setelah selesai, tak lama kemudian terdengar pengumuman dari speaker sekolah agar para siswa - siswi berkumpul di lapangan sekolah untuk melakukan halal bihalal bersama. Aku pun menginstruksikan kepada teman - teman ku agar secepatnya berkumpul di lapangan, karena masih banyak yang tetap duduk - duduk sambil mengobral di kelas, karena mereka tidak menghiraukan pengumuman yang telah disampaikan.
Aku berdiri di depan kelas seraya memperhatikan teman - temanku yang sedang sibuk dengan 'kegiatan'nya masing - masing. Lalu, aku pun mencoba mengheningkan suasana sesaat. " Halo.. bisa liat ke gua sebentar?"aku mencoba memanggil, dan ku ulangi kembali dengan nada yang sedikit lebih kencang "bisa kan hargain sedikit orang yang berbicara di depan kelas?"kelas sejenak hening, mereka langsung melihat ke arah ku.
"Bisa kan ngobrolnya udahan dulu?kan bisa nanti, sekarang kita dipanggil ke lapangan buat halal bihalal, jadi tolong semuanya sekarang menuju lapangan"ulang ku yang memang sudah sedikit kesal. Akhirnya beberapa dari teman ku langsung keluar kelas untuk menuju lapangan, walaupun masih ada yang dengan sengaja tetap duduk di kelas yang tentunya mereka adalah para siswa yang memang agak sedikit susah di atur, seakan berlama - lama dikelas. Tapi tak lama kemudian, Yadi yang tadi sudah keluar kelas, akhirnya masuk lagi ke dalam kelas, lalu berbicara kepada teman - teman ku yang masih berlama - lama di dalam kelas.
"Loh kok belum pada keluar?"ucap Yadi. Dengan serentak, teman - temanku langsung menoleh ke arah datangnya suara, dengan tatapan sinis.
"Cepetlah! keluar udah mau mulai tuh"ulang Yadi, lalu salah satu teman ku menyeletuk.
"Santai aja sih! belum juga kumpul semua"ucap Ilham dengan nada bicara sedikit kasarnya.
"Tau, santai aja kali"tambah Iqbal yang berbadan tinggi dan besar. Yadi pun membalas celetukkan mereka.
"Ya gua tau, emang belum mulai, tapi apa salahnya sih ke lapangan sekarang, lebih cepat lebih baik" Yadi bicara dengan sedikit menyolot.
"Kok lu nyolot sih?"jawab Ilham sembari memukul meja lalu bangun dari tempat duduknya.
"Gua nggak nyolot, gua cuma bilangin aja"ucap yadi mencoba menjelaskan, aku yang daritadi memperhatikan pembicaraan mereka pun akhirnya angkat bicara.
"Kok jadi pada ribut yah?"Ucap ku dengan gaya santai. Semua pun langsung melihat ke arah ku.
"Yadi kan cuma ngejelasin aja, lagipula apa salahnya sih kalian pada keluar sekarang, kelas kita juga kan di depan kantor guru, nggak enak juga kalau kita keluar terakhir, apalagi sampai ribut - ribut gini, jadi tolong yah, sekarang kita sama - sama ke lapangan,Simple kan?"jelasku santai, mencoba mancair kan suasana, lalu aku pun menghampiri Ilham yang sedang berdiri di balik mejanya.
"Yaudah yuk, kita ke lapangan sekarang"ucapku sembil tersenyum, lalu merangkul Ilham, yang mengisyaratkan agar cepat - cepat ke lapangan. Ilham pun terlihat mengerti, lalu dia pun mengajak temannya yang lain untuk segera keluar kelas.
"Yaudah yuk ah, kita ke lapangan"ucap pria dengan rambut ikalnya itu. Akhirnya, mereka langsung bergegas keluar kelas, aku pun melihat mereka sembari tersenyum seiring dengan keluarnya mereka menuju lapangan. Aku pun segera keluar menuju lapangan, saat aku mau melewati Yadi yang daritadi berdiri di dekat pintu kelas sambil melihat ke arah kami.
"Makasih ya San, akhirnya mereka keluar kelas juga"Ucap Yadi sambil menepuk bahu ku dan tersenyum.
"Sama - sama Yad, kan lu juga tadi udah bantuin gua, mereka mah emang gitu"ucap ku sambil tersenyum membalas senyuman Yadi.
"Yaudah, yuk kita keluar kelas. yang lain kan udah pada di lapangan semua"lanjutku sembil merangkul Yadi. Kami pun menuju ke lapangan lalu berbaris di barisan putra, karena barisan putra dan putri memang selalu di pisah. Saat berdiri di lapangan, aku mencoba melihat ke sekeliling mencoba mencari Niko, karena aku belum melihat Niko. Saat sedang serius mencari Niko, tiba - tiba aku di kagetkan oleh sentakan seseorang di belakangku seraya memukul pundakku.
"Woy San, ngapain lu nengok - nengok"sentak seseorang sambil memukul pundakku, "kayaknya gua tau deh nih siapa"gumam ku dalam hati, lalu menoleh ke arahnya, dugaan ku benar, tidak lain dan tidak bukan dia adalah Randy.
"Nggak apa - apa, gua cuma nyari Niko, mana tuh orang? belum keliatan, dari bel masuk tadi"ucap ku dengan masih melongok - longok mencari Niko.
"Oh nyari Niko, ciee ciee kangen lu ya hahaha" ledek Randy sambil tertawa.
"Yey aneh - aneh aja lu, gua kan belum halal bihalal sama dia"ucap ku sambil tertawa kecil dengan masih melihat - lihat ke sekeliling.
"Tadi pagi sih gua ngelihat dia, tapi sekarang gua belum ngelihat dia lagi"
Randy akhirnya ikut membantu mencari,dia melihat - lihat ke sekeliling, lalu Randy pun melihat Niko yang baru saja keluar dari kantor guru dan sentak menunjuk ke arah Niko.
"Tuh dia si Niko"ucap Randy seraya menunjuk ke arah Niko. Aku pun langsung menoleh ke arah yang di tunjuk Randy.
"Wah iya, ngapain tuh dia dari kantor?"ujarku
"Mana gua tau"jawab Randy sambil tertawa
"Bercanda aja lu mah"ucap ku sambil melihat mengikuti langkah Niko. Tak lama kemudian Niko menuju ke arah barisan putra, lalu Randy dengan sigap mengangkat tangannya sambil mengisyaratkan agar Niko menuju ke arah kami, Niko mengerti, ia langsung menuju ke arah kami.
"Eh Nik, apa kabar lu"sambut ku.
"Eh, baik baik"jawab Randy sedikit terbata - bata. Terlihat wajah Niko sedang linglung.
"Lu habis ngapain Nik ke kantor?"tanya ku sambil memperhatikan wajah Niko yang terlihat linglung tersebut.
"Kayaknya lagi ada masalah ya?tanya ku mengulang.
"Hmmm.. biasalah masalah kelas"jawab Niko santai mencoba tersenyum, senyuman yang terlihat terpaksa untuk menutupi kalau dirinya sedang di landa masalah.
"Oh gitu"aku pun mengangguk tanda mengerti, aku memang bisa mengerti hanya dengan melihat wajah Niko, begitu pula dengan Niko yang bisa mengerti apa yang sedang aku rasakan hanya dengan sikap dan cara bicara ku terhadapnya.
"Eh minal aidzin ya?"tanya ku sambil myodorkan tangan ku, mencoba mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak semakin dingin.
"Minal aidzin juga"singkat Niko.
Tidak lama kemudian, para guru pun berdiri di depan lapangan, karena kegiatan halal bihalal akan segera dimulai. Kesiswaan ku pun berdiri di depan para guru lainnya untuk memimpin kegiatan halal bihalal. Halal bihalal di mulai, kami saling bersalam - salaman kepada para guru, lalu di lanjut salam - salaman sesama murid.
Hari ini kami belum efektif belajar, maka dari itu banyak kelas yang menjadi rusuh karena tidak adanya guru di dalam kelas, dan itu sudah termasuk kelas ku sendiri.
Wondo yang sedang duduk di belakang ku, tiba - tiba ia mencolek pundak ku "San,lu liat tuh, anak buah lu pada berisik banget"ujar siswa yang memiliki kembaran di kelas XI akuntansi ini, seraya menunjuk ke arah pusat kegaduhan.
Aku langsung menoleh ke arahnya, kemudian melihat ke arah pusat kegaduhan tersebut seraya tersenyum. Dengan sigap aku pun berdiri, lalu melihat kembali ke arah pusat kegaduhan tersebut seraya tersenyum kembali dengan menganggukkan pelan kepalaku. Aku pun menghampiri teman ku yang membuat kegaduhan tersebut.
"San lu mau ngapain?kok malah nyamperin"ucap Wondo pelan namun masih bisa ku dengar lirih suaranya. Saat aku menghampiri teman - temanku, yang aku lakukan adalah merangkul salah satu teman ku, yaitu Iqbal, dan ikut mengobrol.
Dengan wajah heran Wondo berkata pelan " Lah, kok si Insan bukannya ngomel malah nyemperin dan ikut - ikutan" Aku menoleh ke arahnya lalu tersenyum, kemudian melanjutkan pembicaraanku dengan Iqbal dan teman - teman lainnya.
"Ngomongin apaan sih?kayaknya seru banget!"Ujarku sambil merangkul tubuh besar Iqbal, sentak Iqbal dan yang lainnya pun menoleh ke arahku.
Anwar yang duduk di sebelah Iqbal sentak langsung menjawab pertanyaan ku yang tiba - tiba datang tersebut "Ah nggak, lagi ngobrol biasa aja kok"jawab lelaki yang selalu hobi menyanyi di kelas.
"Iya cuma lagi ngobrol dan bercanda aja, kenapa?masalah?"Sambung Ilham dengan nada yang sedikit kesal.
"Nggak apa - apa kok"jawabku tersenyum "gua boleh ikutan nggak?"sambungku, aku mencoba berbaur dengan mereka.
"Oh gitu, yaudah sini gabung sama kita - kita"jawab Iqbal tertawa sambil membalas rangkulan ku, yang mengisyaratkan kalau aku di terima baik dengan mereka.
Wondo masih melihat ke arah ku dengan tatapan herannya, karena dia masih belum mengerti kenapa aku malah ikut mengobrol dengan mereka. Wondo terlihat menggeleng - gelengkan kepalanya tanda heran, dan sekali lagi aku pun menoleh ke arahnya lalu tersenyum, untuk mengisyaratkan kalau semua baik - baik saja.
Aku lantas ikut mengalir oleh pembicaraan Iqbal dan lainnya, tapi tanpa lupa tujuan utama ku. Setelah terlarut dalam pembicaaan yang cukup panjang aku mulai membuka topik baru.
Dengan wajah yang mulai sedikit serius, aku mencoba memberanikan diri untuk berbicara. "apa sih kelebihan bercanda?"tanya ku sambil menatap wajah mereka satu per satu.
Dengan sigap Anwar, pria yang lebih sering di panggil Ciloy ini pun menjawab "Ya enak lah, ngilangin penat, daripada pusing belajar mulu"jawab Anwar.
Dengan tak mau kalah, Ilham juga angkat bicara"Bener tuh daripada belajar mulu, pusing kepala gua"jawab Ilham sambil tertawa.
Iqbal yang duduk tepat di samping ku pun ikut menjawab"sebenernya gini ya, kita tuh sekolah harus tetep have fun, ngapain pusing - pusing mikirin sekolah dan belajar mulu, ya harus ada refreshing nya lah"jawab Iqbal dengan gaya so cool nya.
Aku lantas mengangguk tanda seolah mengerti "Oh gitu ya, emm.."ujar ku sambil menggangguk. "Terus, kalau tiap hari ngobrol, kapan belajarnya?"tanya ku lagi.
"Ya kan waktunya belajar kita belajar, waktunya bercanda kita bercanda"iqbal mencoba menjelaskan.
"Iyalah, kita juga belajar kok, kalau waktunya belajar"Anwar menambahkan.
Aku pun mengangguk lagi lalu tersenyum kecil,kali ini aku mulai bertanya semakin serius "Yakin?kok gua liat kalau waktunya belajar kalian malah bercanda ya?"tanyaku seraya tersenyum kecil.
Mereka semua terdiam, tapi tidak lama kemudian Ilham langsung menjawab "Ya kalau belajar serius mah nggak asik kali, biar ada hiburannya"celetuk Ilham.
"Bener tuh, kita hidup mah jangan serius - serius banget yang aa gila nanti, enjoy aja lah, nikmatin aja lah"Iqbal ikut bicara.
"Oke - oke, gini deh gini, gua punya penawaran sama kalian, mau nggak?"ujar ku sambil melihat ke arah mereka.
"Apaan emang?"jawab Ilham sedikit ketus.
aku mencoba menjelaskan penawaranku "Oke, dengerin dulu ya baik - baik, kalian atau siapapun itu dikelas ini, bahkan gua sendiri, boleh bercanda, tapi dengan catatan saat ada guru kita harus diam, kalaupun mau bercanda, ya jangan terlalu banget lah, dan kalau lagi nggak ada guru, boleh bercanda, tapi jangan sampai terdengar gaduh, ingat! kelas kita tuh di depan ruang guru loh, gimana?setuju?"jelasku. Mereka terlihat berfikir dan saling melihat satu sama lain.
Tidak lama kemudian, Iqbal angkat bicara "oke gua setuju, tapi lu nggak boleh komentar ya kalau kita bercanda"ujar Iqbal.
Dengan tersenyum, aku menjawab "oke, tapi inget yang gua bilang, nggak ada yang ber.."belum selesai bicara, Ilham memotong pembicaraanku"iye - iye, nggak berlebihan, bawel amat lu"kali ini Ilham sudah sedikit terbawa emosi.
"Yaudah kalau gitu, inget Statement kalian sendiri ya?"ucapku, mereka tak ada yang menjawab ucapanku, mungkin karena sudah terlalu kesal denganku. Aku lantas bangun dan meninggalkan mereka sambil sekali lagi mengatakan "jangan lupa ya?"ucapku sambil tersenyum lalu melangkah pergi dan duduk kembali di bangku ku, dan mereka menjawab dengan tatapan yang sama sekali tidak enak.
Sesaat setelah aku duduk kembali di bangku ku, Wondo langsung mencolek pundakku dan bertanya mengenai kenapa aku ikut nimbrung dengan Iqbal dan yang lainnya. " Eh San, lu habis ngapain sih?gua kira lu mau ngomelin mereka, kenapa malah lu ikutan ngobrol?"tanya Wondo yang terlihat sangat heran dengan kerut di keningnya.
Aku lantas tersenyum kecil "jadi gini Ndo, kita itu harus bisa mengenali sifat seseorang, nah tipe - tipe seperti mereka itu nggak bisa kalau dengan cara omelan, yang ada malah ngelawan, tapi kita harus pakai cara dengan ikut berbaur dengan kegiatan mereka, maka kita akan bisa lebih di dengar"ujar ku sambil memegang bahu sebelah kanannya.
Wondo sejenak terlihat berfikir "seterah lu dah, gua mah ikut aja apa kata ketua"ucap Wondo sembari tertawa. Aku hanya membalasnya dengan sedikit senyuman.
Kini kelas sudah sedikit lebih tenang dari sebelumnya, mungkin Iqbal dan teman - teman lainnya sudah sedikit mengerti, tetapi baru saja aku merasa kelas ini tenang, tiba - tiba terdengar kegaduhan dari sisi pojok kelas yang di dominasi oleh cewek - cewek.
Aku langsung melihat kearah kegaduhan tersebut, kali ini ku denger candaan yang lebih berisik dari sebelumnya, aku lalu menghampiri Andriyani atau yang lebih sering di panggil Aan, dan mangajaknya bicara mengenai masalah ini.
"An, liat dah, yang cewek pada berisik banget"ujar ku seraya duduk di depan tempat duduknya dan menunujuk ke arah pusat kegaduahan berikutnya.
Aan sentak langsung menoleh ke pusat kegaduhan tersebut "kenapa emang?ada yang salah?"ujar Aan heran.
Aku pun ikut heran, kenapa Aan malah berkata seperti itu "kok kenapa?lu nggak merasa risih gitu?pada berisik gitu"ucap ku "Nggak ah, biasa aja"jawab Aan santai
Aku lalu tersenyum, kemudian beranjak pergi dari tempat duduk Aan. Karena aku merasa tidak tepat membahas masalah tersebut dengan Aan, maka dari itu aku lebih memilih pergi dan mencari jalan keluar lain.
Sejenak aku berfikir, namun saat aku sedang memikirkan cara agar para cewek - cewek tersebut tidak membuat kegaduhan, tiba - tiba terdengar salam yang bersamaan dengan ketukan pintu.
"Assalamu'alaikum" ucap seseorang dari balik pintu yang tidak lain adalah pengurus OSIS.
Semua langsung menoleh ke arah datangnya suara "Wa'alaikum salam"jawab kami serentak.
"Boleh minta waktunya sebentar?"tanya salah satu di antara kedua pengus OSIS tersebut.
"Boleh kok kak, lagi nggak ada kegiatan belajar ini"jawab Elin.
Dua orang pengurus OSIS tersebut lantas memasuki kelas kami, dan berdiri di depan kelas untuk menyampaikan sesuatu.
"Sebelumnya Assalamu'alaikum Wr. Wb"ucap pengurus OSIS cowok yang berbadan tinggi.
"Wa'alaikum Salam Wr. Wb"Jawab kami serentak.
"Kami perwakilan dari pengurus OSIS ingin menyampaikan prihal mengenai pembentukan pengurus OSIS baru tahun ajaran 2009/2010, disini kami akan mengadakan seleksi untuk menjadi anggota OSIS, jadi di harapkan untuk masing - masing kelas ada yang mencalonkan dirinya"jelasnya.
"Iya, jadi untuk yang berminat silahkan daftarkan dirinya langsung ke ruang OSIS, dan menyiapkan VISI beserta MISI nya"tambah pengurus cewek disebelahnya.
"Kalau ada yang kurang jelas, silahkan bertanya"tambah OSIS cowok tersebut.
Semua terdiam, terlihat wajah - wajah yang berfikir, meskipun hanya sebagian saja yang terlihat berfikir, lalu tiba - tiba Aan mengangkat tangan dan bertanya.
"Kak, persyaratannya apa aja?"tanya Aan.
"Niat!!"jawab anggota cewek tersebut singkat sambil tersenyum.
Aan terlihat heran dengan sedikit mengerutkan keningnya, lalu dia pun tersenyum sambil menjawab terbata - bata "ooohh.. gitu kak, emm.. oke deh, makasih kak"jawab Aan sambil tersenyum seraya menutupi keheranannya.
"Yaudah, kalau sudah tidak ada yang mau di tanya lagi, untuk lebih jelasnya nanti langsung ke ruang OSIS aja pas jam istirahat, sekalian untuk yang mau daftar"ujar pengurus OSIS cowok tersebut.
"Assalamu'alaikum Wr. Wb"Ujar mereka seraya meninggalkan kelas kami. "Wa'alaikum Salam Wr. Wb"jawab kami serentak.
*********************************************************
"Assalamu'alaikum"Ucap ku seraya melongok ke dalam ruang OSIS.
Terdengar jawaban dari dalam ruang OSIS "Wa'alaikum Salam"jawab orang tersebut, aku langsung menoleh ke arahnya dan ternyata ia adalah Niko.
Dengan sedikit terkejut "Eh Niko, lu ngapain disini?"ujarku dengan wajah heran. Aku langsung masuk ke dalam ruang OSIS menghampirinya, lalu duduk di sebelah Niko.
"Hmm.. gua mau daftar buat ikut seleksi OSIS"jawabnya dingin,
Terlihat raut wajah yang selalu di nampakan oleh Niko, raut wajah yang penuh dengan tanda tanya, raut wajah yang sulit untuk di baca, raut wajah yang melukiskan sikap dinginnya, tatapan mata yang tajam, dan dengan senyum palsu yang tersimpan seribu tanya, Niko, orang yang mungkin sangat sulit untuk di kenali, baik orang terdekatnya sekalipun.
"Oh gitu, gua kira lu nggak tertarik sama organisasi"ucapku tersenyum.
Niko tersenyum, tentunya dengan senyuman palsu miliknya "gua cuma punya tujuan tertentu aja"jawab Niko.
Sejenak aku merasa heran tujuan? apa yang dia maksud dengan tujuan? fikir ku dalam benak ini. "Emang tujuan apa Nik?"tanya ku heran
"Ya tujuan, yang jelas gua punya tujuan sendiri, tujuan yang mungkin banyak orang nggak pernah mikir hal ini"jelasnya sambil tersenyum dingin.
Aku hanya mengangguk dan membalasnya dengan senyuman, walau ada sedikit rasa penasaran di benakku, namun aku lebih memilih menjawabnya dengan senyuman, karena aku mengerti ada suatu hal yang dia sembunyikan dan tidak ingin di ketahui.
Suasana sejenak kaku, lalu aku mencoba memecah suasana dengan membuat topik baru. "Eh Nik, lu udah ketemu Randi?"tanya ku mencoba mencairkan suasana.
"Nggak tau"jawabnya singkat, sejenak aku menghela nafas panjang, lalu mencoba bertanya lagi "emang lu belum ketemu dia dari tadi?"tanya ku mengulang.
"Belum"jawabnya singkat lagi
Entah, mengapa Niko seperti itu, dan apa yang membuatnya seperti itu, karena aku kah? karena masalah pribadinya kah? atau karena Randy? Entahlah!. Pertanyaan - pertanyaan tersebut selalu muncul di benakku, setiap kali melihat sikap Niko yang dingin itu.
Tiba - tiba terdengar salam dari luar ruang OSIS.
"Assalamu'alaikum" ucap seseorang dari balik pintu.
Sentak aku langsung menoleh ke arah pintu, namun tidak dengan Niko yang sedari tadi masih sibuk membaca sebuah buku
"Wa'alaikum Salam" Jawab aku dan Niko seraya membaca bukunya.
Orang tersebut langsung masuk ke dalam ruangan, dan ternyata ia adalah Randy, Randy yang melihat kami sedang duduk berdua di ruangan, ia langsung menghampiri kami. "Eh lu berdua ada disini?pada ngapain?"tanya Randy dengan gelagat khasnya, yaitu sambil tersenyum dan tertawa, diantara aku, Niko, dan Randy, memang Randy lah yang paling ceria, mungkin itu lah ciri khas yang ada pada dirinya.
Aku langsung menyambutnya, tapi tidak dengan Niko, ia masih sibuk dengan buku yang ia sedang baca, terlihat ia hanya tersenyum, tapi kali ini senyumannya berbeda saat berbicara dengan ku tadi, kali ini terlihat senyuman yang mengisyaratkan sebuah rasa ketidak-sukaan.
"Gua mau ikut seleksi OSIS Ran"jawabku
"Oh gitu, sama dong, terus lu Nik?"Randy mencoba bertanya kepada Niko namun Niko hanya terdiam membisu, seperti menghiraukan pertanyaan Randy.
Karena tidak ada respon dari Niko, aku pun mencoba menjawab pertanyaan Randy, karena aku tidak mau hal yang sama terulang lagi, saat Randy dan Niko hampir bertengkar.
"Niko juga mau ikut seleksi OSIS"jawabku sambil tersenyum, mencoba mengisyaratkan ke Randy agar memahami situasi dan kondisi saat ini.
Randy terlihat kesal, karena pertanyaannya terhadap Niko tidak di jawab, tetapi malah aku yang menjawab pertanyaannya tersebut, aku langsung bertindak cepat untuk mencairkan suasana kembali, agar suasana tidak semakin panas.
"Eh Ran, lu udah bikin visi misi nya?"tanya ku mengalihkan, sambil merangkul bahunya.
Randy langsung menoleh ke arah ku dengan tatapan tajam, sejenak terdiam lalu manjawab pertanyaan ku,"udah"jawabnya singkat
Randy masih terlihat kesal, karena itu aku pun berusaha agar Randy benar - benar cair lagi. Aku lalu melontarkan pertanyaan - pertanyaan yang sedikit tidak penting, lebih tepatnya 'garing' , karena memang aku tidak terlalu pandai untuk menghibur orang, namun sedikit demi sedikit akhirnya Randy mencair, dia sudah terbawa suasana yang aku buat, bahkan sekarang dia yang melontarkan candaan - candaan khas miliknya.
Setelah melewati suasana yang sangat dingin bak di medan perang, tidak lama kemudian banyak siswa - siswi yang berdatangan ke ruangan OSIS, termasuk para pengurus OSIS. Salah satu pengurus OSIS pun menjelaskan kepada kami tentang seleksi OSIS tersebut, dan memberikan kami formulir pendaftarannya.
"Nanti formulirnya diisi ya, terus di balikin besok, beserta visi misinya, langsung di kumpulin di ruang OSIS lagi yah, karena lusa kita udah mulai seleksinya"jelas salah satu pengurus OSIS.
**************************************************************
Pagi ini, dengan hati yang masih ragu dan bimbang, aku mencoba mengumpulkan visi, misi beserta formulir pendaftaran ke ruang OSIS. Semalaman aku memikirkan untuk visi dan misi nya, karena memang ini kali pertama ku, aku hendak mengikuti kegiatan organisasi seperti ini, apalagi kalau harus buat visi dan misi, jujur saja aku masih belum mengerti, aku mau membuat sebuah visi dan misi yang tidak hanya sebatas 'wacana' semata, yang tidak pernah ada realisasinya. Seperti yang di lakukan oleh para petinggi - petinggi negara ini, sampai ada banyak pernyataan Talk only, no action.
Aku mempunyai tujuan tersendiri demi memajukan kegiatan - kegiatan di sekolah, baik dari segi intern maupun extern. Tapi, entahlah apa memang aku bisa, dan lolos mengikuti seleksi, apalagi aku melihat banyak orang - orang yang lebih berpotensi di banding aku yang memang belum memiliki penglaman, terlebih aku masih duduk di kelas X ( sepuluh ).
Banyak wajah - wajah seorang yang berpotensi dan memiliki tatapan penuh optimisme dan inspiratif yang aku temui saat aku berada di ruang OSIS, kala aku mengumpulkan data - data tersebut. Tatapan itu juga aku temui pada mata Niko, tapi tatapan Niko sangat berbeda dengan tatapan yang aku temui sebelumnya, ia yang sedang menyandar di tembok, di depan ruang OSIS sambil menyilangkan tangan didadanya. Tatapan dingin dan lebih tenang namun terlihat menyimpan seribu inspirasi yang ingin ia realisasikan saat menjadi anggota OSIS nanti. Tentunya masih dengan senyuman palsu yang menyimpan seribu misteri tersebut.
Saat sedang memperhatikan wajah - wajah para calon pemimpin tersebut tiba - tiba Randy datang, dan menepuk pundakku "Eh San" ucap Randy lalu berdiri di sampingku.
Sentak aku yang sedang termenung langsung kaget dan menoleh ke arahnya "Eh lu, kenapa Ran?" tanya ku
"Gua mau ngasih ini"jawab Randy sambil memperlihatkan berkas yang ia bawa.
"Oh.. visi misi ya?"jawabku sembil mengangguk tanda mengerti
"Iya, eh lu ngapain? bengong aja di depan ruang OSIS"tanya Randy heran
Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, Randy langsung bertanya kembali. "Eh, itu Niko ngapain berdiri aja di situ?"tanya nya lagi.
"Nggak tau"jawabku singkat
"Gua samperin ah"ujar Randy seraya menghampirinya, namun belum sempat ia berjalan aku langsung menahannya. "jangan!" ucapku memerintah. Randy langsung menoleh ke arah ku heran. "Udah lu sama gua aja, Niko kayaknya lagi gak mau di ganggu" ujar ku mengulang mencoba menasihati.
Randy sejenak diam, lalu melihat ku dengan tatapan tajam. "Udah yuk ah ke kelas" ucap ku seraya merangkulnya dan menariknya pergi dari sini. Randy akhirnya mengerti, dan mengikuti langkah ku dan kembali ke kelas masing - masing.
Hari penyeleksian tiba, hari yang sangat membuat ku deg - deg kan, dan hari yang sangat menentukan ini harus ku jalani beberapa detik lagi. Kegiatan seleksi anggota OSIS di laksanakan di ruangan aula sekolah. Para peserta telah berkumpul, begitupun para guru yang sudah berada di dalam ruangan dan duduk di barisan paling depan didalam aula, suasana yang membuat semakin tegang dan panas ini sebentar lagi akan berlangsung.
"Assalamu'alaikum Wr. Wb" Terdengar salam dari MC yang menandakan acara sudah akan di mulai. Para peserta terlihat serius dan memperhatikan baik - baik MC berbicara, untuk mendengar instruksi demi instruksi, dan juga agar acara berjalan dengan lancar, karena begitulah harusnya para anggota OSIS, tidak membuat kegaduhan justru tenang dan memperhatikan.
Mungkin hanya aku saja yang merasa tegang dan takut, karena saat aku melihat wajah - wajah peserta lainnya, baik yang se-angkatanku maupun kakak kelas ku yang kelas XI ( Sebelas ), mereka terlihat tenang, begitupun dengan Niko, tenang ya.. sangat tenang. Berbeda dengan Randy, ia terlihat santai, dan tersenyum, mungkin ini cara ia merileks kan diri agar tidak merasa tegang. Aku pun mencoba menenangkan diri ku dengan mengambil nafas dalam - dalam dan tersenyum singkat.
MC memanggil satu per satu nama- nama peserta untuk maju ke depan dan membacakan visi dan misinya di hadapan para guru, anggota OSIS dan peserta lainnya. Aku memperhatikan baik - baik, dari mulai cara bicara, cara penyampaian, dan gerak tubuhnya. Nama demi nama telah di panggil, sekarang saatnya Randy yang maju ke depan untuk meyampaikan visi dan misinya tersebut.
Randy pun maju ke depan, dengan gelagat khasnya, dengan masih terseyum santai, dan akhirnya ia memulai pembicaraannya.
"Assalamu'alaikum Wr. Wb" ujar Randy memulai pembicaraannya, kata demi kata ia ucapkan lancar, dan dengan santai, cara bicaranya yang cukup dewasa yang bisa menghipnotis para penonton untuk melihat dan memperhatikannya. Di balik sikap dan sifatnya selama ini, ternyata Randy memiliki jiwa kepemimpinan yang baik menurutku, seperti kata pepatah Don't judge a book by its cover. Begitu pula dengan sikap Randy.
Randy akhirnya telah selesai menyampaikan visi dan misi nya, nama berikutnya lalu maju ke depan, dia adalah Andi, aku yakin dia pasti bisa karena memang sebelumnya dia lah yang menjadi ketua kegiatan Pesantren Ramadhan. Jadi dia sudah terbiasa berbicara di depan umum dan juga berinteraksi di depan guru. Seperti dugaanku, Andi sangat lancar menyampaikan kata demi kata nya, tanpa terbata - bata, dan tanpa terlihat tegang sedikitpun. Akhirnya Andi selesai membacakan visi dan misinya di depan, dan nama berikutnya pun di panggil.
"Insan Nulhakim dari kelas X Akuntansi 2" nama ku akhirnya di sebut oleh MC tersebut, sejenak aku terdiam, detak jantung ku langsung berdetak tak beraturan, begitu pula dengan nafasku.
Aku mengambil nafas panjangku. Bismillahirrahmanirrahim ku ucapkan kalimat ini di dalam hati, lalu ku langkahkan kaki ku.
Masih dengan nafas dan detak jantung yang tidak beraturan. "Assalamu'alaikum Wr. Wb" ucap ku, badan ku sedikit gemetar, karena memang ini kali pertamanya aku berbicara di depan umum, terkecuali di depan kelas ku sendiri, aku pun memulai menyampaikan visi dan misi ku, kata demi kata aku ucapkan, walau sedikit gugup, aku mencoba mengalahkan kegugupan tersebut. Waktu seakan melambat, aku merasakan lamanya berdiri dan menyampaikan visi dan misi ku tersebut. Semua mata tertuju ke arahku, aku juga melihat kedua sahabat ku melihat ke arah ku, dengan tatapan santainya Randy tersenyum kepada ku, yang mengisyratkan agar aku tetap tenang, dan tatapan mata Niko yang mengisyaratkan kalau aku pasti bisa.
Aku pun tersenyum singkat, lalu melanjutkan kata - kata ku yang sempat terputus karena kegugupan tersebut, kini aku bisa menyampaikannya dengan lancar, seperti ada yang mendorong ku dan memberi ku energi untuk berkata - kata. Akhirnya giliranku selesai, aku menarik nafas lega "Alhamdulillah" Ucapku dalam hati, lalu berjalan ke tempat duduk ku semula.
"Niko Raihan dari kelas X Akuntansi 1." Belum sempat aku duduk dengan tenang, tiba - tiba Niko sudah di panggil, lantas Niko langsung terbangun dan berjalan dengan mantapnya, tanpa keraguan sedikitpan, tanpa merasakan tegang sama sekali, sepertinya ia memang sudah biasa berbicara di depan umum, atau memang dia selalu menghadapi sesuatu dengan tenang. Tidak terlihat ketegangan dalam wajah Niko, namun yang terlihat justru optimisme dalam dirinya.
Niko pun menyampaikan visi dan misinya, misi dan misinya tersebut sangat singkat dan padat, namun terlalu bermakna luas. Cara Niko menyampaikan pun terihat percaya diri, dan aku melihat jiwa pemimpin dalam dirinya. Bahkan bukan cuma aku, semua orang yang tengah berada dala ruangan pun seakan terbelalak melihat Niko berbicara. Penuh antusiasme dari para peserta, anggota OSIS, maupun para guru.
Tanpa terasa, Niko telah selesai menyampaikan visi beserta misinya, namun semua masih terdiam membisu karena penampilan Niko barusan. Niko kembali ke tempat duduknya. Saat Niko berjalan berjalan di depan Randy, Randy lalu mengucapkan selamat kepadanya. "Selamat Nik. Hebat banget lu, keren"ujar Randy tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Namun Niko tidak menggubrisnya sama sekali, ia tetap berjalan dan duduk di tempatnya semula.
Sesi pertama pun selesai, kemudian di umumkan siapa yang lanjut ke sesi berikutnya, dari 40 orang yang ikut seleksi, kini di ambil 25 orang. Aku, Niko, dan Randy lolos pada tahap ini. Sesi berikutnya di mulai lagi setelah istirahat 15 menit, namun untuk yang tidak lolos langsung keluar dari ruangan aula.
Selanjutnya, sesi tes wawancara, pada sesi kali ini peserta akan berhadapan langsung dengan dewan guru tertentu yang akan mewawancarai, guru tersebut ialah guru BP tingkat X, XI, dan juga tingkat XII. Sesi wawancara ini akan mencakup wawasan umum dan inovasi para peserta kedepannya.
Sesi kali ini sedikit membuat ku lebih tegang dari sebelumnya, karena aku akan langsung berhadapan dengan guru, grogi dan gugup akan menghantui ku. Aku, Niko, dan Randy duduk bersama - sama sambil membahas tentang sesi kali ini, dan tentunya saling berbagi pengetahuan, agar saat maju nanti, kami sudah bertambah bekalnya.
"Nik, lu udah pelajarin tentang apa aja?" tanya ku
Niko sejenak terdiam lalu menoleh ke arah ku " Gua sih cuma tentang agama aja, ya yang terjadi di Indonesia saat ini, tentang krisis moral bangsa" Jawab Niko.
"Gua mah tentang pengetahuan umum aja, ya yang ada di berita - berita aja, kayak kasus nya Noordin M Top, terus penyakit flu babi, gemba sumatera yang belum lama itu,pas tanggal 30 september kemarin, itu aja sih" Randy tiba -tiba menjawab.
"Perasaan nggak ada yang nanya deh" celetuk Niko pelan.
Aku langsung menanggapi ucapan Randy dengan mengacuhkan celetukkan Niko "Oh gitu, iya tuh Noordin M Top kan lagi hangat - hangatnya ya, gempa SumBar juga, kan belum lama ini, eh berapa skala richter dah itu? gua lupa"tanggap ku penasaran.
"Emmm.. 7.6 skala richter kayaknya San"jawab Randy
"Iya 7.6 pas hari tanggal 30 september nya, terus 6.8 skala richter pas tanggal 1 oktobernya" Sambung Niko dengan nada dingin.
Dengan memasang wajah penasaran aku mulai bertanya lagi "Itu satu lokasi apa nggak deh?" tanya ku penasaran.
"Nggak, yang pertama berpusat di kota Pariaman, yang kedua nya di kota Sungaipenuh" Jawab Randy.
"Oh gitu, oke - oke deh"jawab ku tertawa kecil.
Tidak lama kemudian MC sudah memulai lagi kegiatan berikutnya, dan dilanjutkan dengan memanggil nama - nama peserta untuk maju ke depan, namun sebelumnya MC tersebut menjelaskan prosedurnya terlebih dahulu. Setelah para peserta mengerti, MC mulai memanggil nama - nama pesertanya.
Nama peserta pertama, kedua, dan ketiga di panggil bersamaan, karena ada 3 guru yang akan mewancarai, jadi ketiganya langsung maju bersamaan. Setelah beberapa nama telah di panggil, kini nama ku di panggil, dan bukan cuma aku, Randy dan Niko pun ternyata di penggil bersamaan, akhirnya kami bertiga maju ke depan bersama - sama. Niko dengan sikap tenang namun dingin, Randy dengan sikap santai dan tetap tersenyumnya, dan aku dengan sikap tegangku. Kami bertiga maju dengan langkah yang pasti menuju pewawancara masing - masing.
Aku melihat tatapan Niko yang benar - benar tenang saat menatap guru tersebut, saat menjawab pertanyaan - pertanyaannya. Sedangkan aku, masih dengan kegugupan ku yang benar - benar melanda fikiran dan hati ku. Kegugupan itu seakan bertanmbah saat pertanyaan demi pertanyaan terus terlontar dari guru tersebut. Sedikit demi sedikit aku mencoba menenangkan fikiran ku, dengan menarik nafas panjang lalu tersenyum. Itulah yang selalu aku lakukan saat aku berhadapan dengan sesuatu yang membuat ku tegang dan takut, saat aku dilanda sebuah masalah, saat aku dlanda kebingungan.. Teman ku sempat bertanya, bagaimana cara aku melawan grogi dan rasa takut, aku menjawabnya Tariklah nafas sedalam - dalamnya, lalu hembuskan, kemudian tersenyumlah.
Dengan senyum masih melekat di bibir ku, aku mencoba menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut, sesuai apa yang aku ketahui, terkadang aku juga menjawab dengan logika ku, walau sedikit seperti mengarang bebas. Tidak percuma aku tadi bertukar fikiran dengan Randy dan Niko, ternyata pertanyaan tentang Noordin M Top, dan gempa Sumatera Barat keluar. Aku pun bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut. Dan setelah pertanyaan umum, kini pertanyaan mengenai inovasi ku kedepannya. Aku menjelaskan tentang inovasi ku untuk kegiatan - kegiatan di sekolah, dan untuk kemajuan OSIS tentunya.
Setelah berhasil menjawab pertanyaan - pertanyaan dari beliau, wawancara ku pun selesai, begitu juga dengan Niko dan Randy. Kami kembali ke tampat duduk masing - masing. Setelah duduk di tempat masing - masing, kami bercerita tentang apa saja yang di tanyakan tadi, dan ternyata pertanyaannya tidak beda jauh dengan apa yang di tanyakan kepada ku. Sesi ini pun selesai dengan di akhiri oleh Andi yang di panggil paling akhir.
Nama - nama yang lolos sesi ini tidak lama kemudian langsung di umumkan, sesi berikutnya akan di ambil 15 orang peserta yang tentunya akan semakin sulit lagi persaingannya. Nama - nama tersebut di umumkan, terdengar nama Andi, Niko, dan Randy, aku mulai cemas, kening ku mengkerut, dan wajah ku semakin tegang, sudah di sebutkan 14 nama tapi nama ku belum juga di panggil. Hati ini benar - benar gundah, cemas, dan takut. Aku coba menarik nafas panjang dan..
"dan yang terakhir yaitu.. Insan Nulhakim dari kelas X Akuntansi 2" Akhirnya nama ku di sebutkan, aku menghela nafas lega. Dan tentunya mengucapkan syukur, karena aku masih bisa lolos pada sesi berikutnya.
"Sesi wawancara selesai, dan akan di lanjutkan ke sesi berikutnya setelah istirahat selama 1 jam, bagi yang tidak lolos diharapkan tidak berkecil hati, karena kalian masih bisa memajukan sekolah dan OSIS dengan aktif pada setiap kegiatan - kegiatan sekolah yang di laksanakan nantinya, untuk yang lolos, siapkan diri kalian untuk sesi berikutnya, Wassalamu'alaikum Wr. Wb" MC kemudian menutup sesi kali ini dan kami semua keluar dari ruangan aula untuk istirahat, makan dan melakukan shalat dzuhur.
1 jam telah berlalu, kini kami kembali menuju aula untuk melakukan sesi berikutnya, terlihat wajah dengan ekspresi yang bermacam - macam, ada yang masih tetap tenang, ada yang masih terlihat santai, ada yang masih tertawa sambil bercanda, dan ada juga yang bermuka tegang, termasuk aku sendiri.
"Assalamu'alaikum Wr. Wb." ucap MC untuk memulai sesi berikutnya.
"Wa'alaikumsalam Wr. Wb." jawab kami serentak.
" Sekarang sesi berikutnya yaitu sesi pembuatan proposal, disini kalian akan di bagi 3 kelompok, dan akan di beri tugas untuk membuat sebuah rancangan sebuah acara, dari mulai susunan panitia, hingga kegiatan - kegiatanya, dan itu kalian buat proposalnya, termasuk surat - suratnya, proposal dan surat tersebut di tulis di kertas HVS yang telah kami sediakan, dan waktu kalian adalah 60 menit, ada yang mau di tanyakan?"jelas MC tersebut.
Sejenak kami terdiam berfikir, lalu mengangguk tanda mengerti. Kemudian MC tersebut melanjutkan penjelasannya. "Jadi disini kalian di butuhkan kerja samanya, walaupun kalian bersaing, tapi kalian harus saling kerja sama dalam 1 kelompok tersebut, buatlah sebuah kegiatn yang bagus, dengan perincian yang jelas pula" lanjutnya.
Nama - nama tiap kelompok pun di sebutkan, entah sebuah kebetulan atau tidak, aku, Randy, dan Niko berbeda kelompok. Dan disini kami akan sama - sama bersaing. Aku bersama kelompok ku, Randy dan Niko bersama kelompoknya, kami belum terlalu mengenal satu sama lain, terlebih bukan hanya murid kelas 1, tetapi ada juga yang dari kelas 2 nya, dan itu lah yang membuat kami belum bisa seutuhnya bekerja sama. Tapi semuanya tidak menjadi penghalang bagi kami untuk terus maju, karena bagi kami, disinilah kami akan menemukan sebuah chemistry, dan disini pula kami akan menemukan arti dari sebuah kerja sama. Kerja sama tidak selamanya di dasari dari lamanya kita saling mengenal, bukan pula karena umur atau tingkatan, dan bukan juga persamaan. Kerja sama justru lahir dari sebuah perbedaan, baik perbedaan sikap, sifat, ras, suku, ataupun tujuan. Maka dari itu aku, bahkan kami yakin, kami bisa bekerja sama dan bisa melewati sesi ini dengan mudah, karena di dasari oleh kerja sama.
Pembuatan proposal di mulai, tapi sebelum itu, kami berunding mengenai kegiatan apa yang akan di buat. Ada yang mengusulkan kegiatan seminar, kegiatan penghijauan atau yang lebih di kenal dengan Go Green, ada juga yang mengusulkan kegiatan pentas seni. Setelah berunding beberapa saat, akhirnya kami memutuskan untuk membuat proposal dengan kegiatan Go Green, setelah mendapatkan jenis kegiatannya, kami langsung membuat struktur panitia dengan nama - nama yang kami tulis secara acak. Struktur panitia sudah di dapat, kini kami menentukan nama tema dari kegiatan tersebut, banyak yang memberikan nama - nama tema yang unik dan kreatif. Setelah difikirkan matang - matang dengan segala pertimbangan, akhirnya kami memutuskan mengambil tema " Go Green For Green School " yang di usulkan oleh Andi.
Akhirnya, dengan mengusung tema " Go Green For Green School ", kami membuat serangkaian kegiatan yang akan diadakan dalam kegiatan tersebut,sekaligus susunan acaranya dari mulai pembukaan hingga penutup. Kami benar - benar sibuk saat ini,ada yang memberikan usul A, ada yang B, C, dan seterusnya. Saking seriusnya kami beradu argumen, hingga suasana kelompok terasa bising, tegang. Bahkan bukan cuma kelompokku, namun juga terdengar dari kelompok Randy, dan kelompok Niko. Suasana aula menjadi ricuh, namun bukan karena hal yang negatif, tetapi karena hal yang positif. Karena di dalam berdiskusi sudah menjadi sebuah kewajaran bila banyak yang memberikan ide - ide nya, beradu argumen yang bahkan terkadang membuat suasana menjadi panas.
Suasana menjadi panas dan tegang, disebabkan adanya cekcok karena perbedaan pendapat. Tak ada lagi wajah dengan senyuman di bibir, tak ada lagi yang terlihat santai dan diam. Semua terlihat angkat bicara untuk saling memberikan ide - idenya, dengan wajah - wajah yang tegang, dan serius. Kata demi kata terlontar dari mulut masing - masing, kadang dengan bahasa yang sedikit emosi, namun sejenak bisa di padamkan oleh tingkah dari Andi yang berusaha mencairkan suasana.
Setelah perang argumentasi yang cukup lama, akhirnya kami menyelesaikan susunan acara kegiatan tersebut, termasuk rincian biaya, waktu dan tempat kegiatan, dan lain - lainnya. Kini kami menyalinnya ke dalam kertas HVS yang di tulis oleh masing - masing di antara kami untuk di jadikan sebuah proposal, 4 dari kami menulis untuk proposal, dan 1 sisanya menulis surat untuk kegiatan tersebut. Kami di awasi langsung oleh para anggota OSIS, dan perwakilan dewan guru, karena kami akan di nilai dari cara kami berdiskusi, memberikan pendapat, dan menyelesaikan masalah.
Proposal dan surat kegiatan pun telah selesai di tulis, baik kelompokku maupun kelompok Niko dan Randy. Lalu salah seorang anggota OSIS memberikan informasi kepada kami, karena kami telah selesai menyelesaikan tugas membuat proposal tersebut.
"Karena kalian udah selesai menyelesaikan pembuatan proposal, maka selanjutnya adalah kalian harus mempresentasikan apa yang telah kalian tulis di depan"jelas MC tersebut seraya menunjuk ke arah depan aula yang menjadi pusat penglihatan para peserta maupun guru.
Sentak suasana menjadi hening, dan terlihat wajah - wajah para peserta yang tegang dan resah, karena sebelumnya belum di informasikan kalau akan mempresentasikan kedepan proposal yang telah kami buat. Tetapi ada juga yang masih terlihat santai dan tidak sedikitpun resah, terutama Niko, dia masih duduk diam dengan sikap dingin, dan tatapan mata yang tegas namun dingin.
Tiba - tiba salah seorang anggota OSIS membisikan sesuatu kepada MC, lalu MC melanjutkan informasinya.
"Sebelumnya maaf, karena ada kesalahan. Jadi bukan maju kedepan tapi nanti tiap kelompok akan berkumpul dan saling berhadapan, dan yang mempresentasikannya hanya 1 orang saja, setelah itu akan ada sesi tanya jawab dan debat antar kelompok. Setiap kelompok yang mempresentasikan proposalnya, kelompok sisanya silahkan bertanya kepada kelompok yang bersangkutan, mengenai isi dalam proposal tersebut" jelas MC tersebut.
Setelah mendapat penjelasan dari MC tersebut, kami sedikit merasa lega, namun masih tetap waspada dan khawatir karena kami akan di serang dengan beribu pertanyaan dari kelompok lain.
"Kelompok yang pertama yaitu kelompok 1" ujar MC tersebut. Kelompok 1 adalah kelompoknya Randy, Randy dan teman - teman kelompoknya lalu mempersiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Kelompok itu di pimpin oleh ka Roby, dia adalah siswa tingkat XI ( sebelas ) Administrasi Perkantoran 2, yang merupakan kakak kelasku, ka Roby lalu berdiri dan mempresentasikan proposal dari kegiatan yang telah kelompoknya diskusikan.
Kelompok ini membuat sebuah kegiatan tentang seminar kepemudaan yang mengusung tema " Bangkitlah wahai pemuda, Harapan itu masih ada ". Kelompok ini benar - benar membahas tentang kepemudaan, mengupas habis tentang pemuda - pemudi di Indonesia. Sangat jelas terlihat, dari apa yang di sampaikan oleh ka Roby selaku perwakilan dari kelompok 1 ini.
"Kelompok 1 telah selesai mempresentasikan proposalnya, sekarang untuk kelompok 2 dan 3 silahkan bertanya kepada kelompok 1" ujar MC tersebut.
Pertanyaan demi pertanyaan terlontar kepada kelompok 1, kami pun sempat beradu argumen, dan kini terjadilah debat antara kelompok 1 dengan kelompok 2 dan 3. Akhirnya, setelah perdebatan yang di batasi oleh waktu ini pun selesai.
"Oke, sesi pertanyaan selesai, sekarang giliran kelompok 2" ujar MC tersebut.
Fiuhh... kini giliran kelompokku yang akan mempresentasikan apa yang telah di diskusikan sebelumnya. Kami sempat berdebat untuk menentukan siapa yang akan mempresentasikan proposal kami ini, akhirnya telah di tentukan, yang akan maju adalah aku sendiri. Tubuh ku langsung lemas karena tidak siap untuk mempresentasikannya, wajah ku pucat, keningku mengernyit, jantungku berdebar cukup kencang.
Bismillah.. ucapku pelan, lalu menarik nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan. Aku lalu berdiri dan mempresentasikan proposal kami. Dengan ucapan yang sedikit terbata - bata aku mencoba menjelaskan, dan masih dengan jantung yang berdebar makin kencang. Tatapan - tapan tajam menuju ke arah ku, tatapan teman sekelompokku, tatapan peserta lainnya, tatapan anggota OSIS, dan tatapan para guru yang hadir di aula ini. Semua membuatku semakin tegang dan membuat jantungku semakin berdebar. Aku membalas tatapan tajam mereka dengan senyuman di bibir ku, agar aku bisa sedikit tenang dan tidak terlalu tegang.
Akhirnya, setelah melewati masa ketegangan yang begitu berat, presentasi ku selesai. Dan kini bukan hanya aku, namun 1 kelompok ku yang akan bersiap menerima ribuan pertanyaan yang akan terlontar dari kelompok lainnya. Banyak pertanyaan - pertanyaan yang terlontar kepada kami, tetapi kami bisa menjawab semua pertanyaan yang terlontar dari kelompok lain tersebut, dan semua karena sebuah kerja sama.
"Kelompok 2 selesai, sekarang yang terakhir yaitu kelompok 3" ujar MC tersebut.
Giliran kelompok ku selesai, dan sekarang kelompok yang terakhir, yaitu kelompok Niko. Kelompok ini akan di ketuai oleh Niko sendiri. Niko berdiri dengan mantapnya, tanpa ada rasa ragu, tanpa ada rasa tegang ataupun takut. Semua seakan mudah baginya, atau memang karena dia bisa melawan ketegangan tersebut. Tapi itu lah Niko, ia selalu bisa bersikap tenang saat dalam kondisi apapun dan dimanapun.
Niko menjelaskan dengan gaya bahasanya yang tenang dan santai, tanpa terbata - bata, dan tanpa sedikitpun kesalahan, sehingga para peserta, maupun anggota OSIS, dan guru bisa langsung mengerti. Kelompok Niko membuat sebuah kegiatan seminar keagamaan yang memiliki tema " Sinergitas Antara Pendidikan agama Islam dan ilmu Sains ". Diantara kelompok ku dan kelompok Randy, kelompok Niko lah yang menurut ku memiliki tema yang lebih berat, ia bisa mengangkat tema tentang agama Islam dan ilmu Sains. Para peserta lainnya, berdecak kagum, tak terkecuali para anggota OSIS dan guru.
Debat kali ini pun lebih terasa di banding debat sebelumnya, semua seakan lebih serius, terlihat dari wajah - wajah para peserta. Mungkin karena tema yang di angkat ini lebih menjadi fenomena dalam hidup, dan juga lebih sensitif. Semua peserta angkat bicara, tak ada satu pun yang terdiam membisa dan hanya melihat saja. Dan debat kali ini pun mendapatkan keistimewaan dari debat sebelumnya. Kalau debat sebelumnya hanya di berikan waktu 15 menit untuk berdebat, tetapi untuk debat kali ini di berikan waktu hingga 30 menit.
Setelah perdebatan yang cukup panas, akhirnya semua berakhir dengan damai. Sesi proposal telah selesai, dan setelah istirahat 15 menit akan di umumkan untuk ynag akan masuk 6 besar dan akan mengikuti kampanye untuk di pilih menjadi ketua OSIS yang baru.
Istirahat telah selesai, kini saat yang sangat di tunggu - tunggu, dan juga saat yang sangat menegangkan bagi kami, para peserta seleksi OSIS. Para angota OSIS telah siap untuk mengumumkan nama - nama tersebut, dengan wajah yang tegang pula.
"Ya, sekarang kita sudah hampir mencapai puncak, sebelum sampai di puncak kegiatan, yaitu pemilihan secara global, sekarang kami akan mengumumkan nama - nama yang masuk ke dalam 6 besar" ujar MC tersebut.
Wajah - wajah tegang terpancar dari para peserta, namun semua itu seakan tak berlaku bagi Niko. Ia masih tetap santai dan tetap fokus memperhatikan apa yang di sampaikan MC tersebut, lain hal nya dengan aku yang semakin tegang.
" Oke, nama yang pertama yaitu Andi Ardiansyah dari kelas X Adminstrasi Perkantoran 1, yang ke dua Dewi Syafira dari kelas XI Pemasaran 3, yang ke tiga Niko Raihan dari kelas X Akuntansi 1, yang ke empat Ningrum Fitriani dari kelas XI Akuntansi, yang kelima Roby Kurniawan dari kelas XI Pemasaran 2,dan yang terakhir.." ucap MC tersebut yang sengaja menjeda pembicaraannya agar kami semua tegang. Dan kami kini benar - benar menjadi semakin tegang.
"Yang terakhir adalah Randy Saputra dari tingkat X Administrasi Perkantoran 2" sambungnya.
Sentak semua terdiam membisu, atas pengumuman yang baru saja di bacakan oleh MC tersebut. Tak banyak yang langsung lemas dan merasakan kecewa, dan tidak percaya atas pengumuman tersebut. Begitupun aku, walau dari awal aku sudah yakin kalau aku tidak akan lolos, karena memang penampilan ku pun tak sebaik teman - teman ku, berbicara di depan pun aku masih gugup. Aku cukup merasakan kecewa, tubuh ini serasa lemas, apalagi ke dua sahabatku bisa masuk 6 besar, sedangkan hanya aku lah yang tidak lolos.
Saat semua sedang meratapi diri atas ketidak lolosannya, MC tiba - tiba memberikan pengumuman lagi. " Untuk nama - nama yang sudah di sebutkan tadi, di harapkan segera mempersiapkan mental nya, dan persiapkan Visi dan misi yang lebih baik lagi, dan juga program kerja yang ingin kalian capai. Oya, tolong kumpulkan pas foto kalian ukuran 4 x 6, karena untuk 3 hari ke depan, foto beserta visi dan misi kalian akan di tempel di dinding tiap - tiap kelas. Dan hari ke 4 kalian akan melakukan kampanye global, yang akan di lakukan di depan perwakilan masing - masing kelas." jelas MC kepada ke enam peserta yang lolos.
"Dan untuk yang tidak lolos, jangan berkecil hati, karena setelah pemilihan ketua OSIS nanti, akan di pilih anggota OSIS sisanya yang akan di ambil 8 orang, dan untuk nama - namanya, tidak menentu yang bisa lolos sampai 15 besar, karena akan di pilih dari yang sebelumnya gugur, kalau memang dia lebih berbobot. Jadi tetap semangat, dan tunjukan kalau kalian lebih pantas." tambah MC tersebut."
Semua lalu meninggalkan ruangan aula dan kembali ke rumah, karena sekarang sudah menunjakan pukul 16.00 WIB, yang artinnya sudah jam pulang sekolah. Aku lalu meninggalkan ruangan dengan wajah kusam dan lesu, sesekali aku menoleh ke arah kedua sahabat ku yang masih berada di dalam ruangan. Walau tak sedikit pun mereka menoleh ke arah ku. Entah lah, mungkin mereka sedang senang, atau bahkan sedang pusing memikirkan tahap berikutnya yang memang akan lebih berat dari sebelumnya. Setelah selesai merapihkan diri dan memakai sepatu, aku lantas pergi dan meninggalkan ruangan tersebut, dengan sedikit rasa kecewa terhadap teman - teman ku.
***************************************
Pagi hari, di masing - masing kelas, telah ramai para murid memperhatikan pamflet yang terpajang di depan kelas. Terdengar hiruk pikuk di masing - masing kelas. Banyak yang berkomentar tentang ke enam calon ketua OSIS tersebut, ada yang negatif, ada yang positif. ada yang mendukung, ada pula yang menjatuhkan. Semua itu seakan mewarnai keramaian pagi hari ini. Aku lalu memasuki kelas,melewati pusat keramaian tersebut, dengan sedikit rasa kecewa yang masih membekas, apalagi mendengar cibiran dari teman - teman ku atas kegagalan ku dalam pemilihan OSIS yang membuat ku semakin sakit hati.
"Ah payah lu San!" cibir Ilham.
"Tau lu, malu - malu in kelasan kita aja" tambah Irfan
"Gitu aja nggak bisa, mending gua dah sini" Iqbal tak mau kalah dengan ejekannya yang angkuh.
Ucapan - ucapan tersebut mengiringi langkahku menuju temapt duduk ku, kata - kata yang membuat telinga ku panas, kata - kata yang membuat kesal di hati. Namun aku mencoba tetap sabar, dan menerima ke kalahan ku. Mungkin mereka kecewa terhadap ku, karena aku yang menjadi ketua kelas mereka, yang mewakili kelas mereka, namun kalah dalam seleksi ini. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Karena aku selalu ingat kata - kata nenek ku yang selalu mengatakan " Tersenyumlah, saat kamu di sakiti, saat kamu di kecewai, saat kamu sedang marah, saat kamu sedang di rundung masalah. Meskipun kamu harus di hujat dengan beribu makian, maka balaslah makian itu dengan senyuman." Kata - kata itu selalu terngiang di telingaku. Maka dari itu aku tetap tersenyum di saat aku berada di posisi seperti ini.
"Eh lu bisanya cuma ngeledek aja, lu sendiri bisa nggak? Insan juga udah usaha kali, hargain dong!" bela Elin.
"Tau luh, kayak bisa aja !! harusnya lu kasih support dong, bukannya malah ngejek!" tambah Yadi dengan nada sedikit emosi.
Karena merasa tidak enak, aku langsung menengahi mereka. "Udah - udah, gua nggak apa - apa kok" ujar ku tersenyum. "Lagian emang gua aja yang kurang beruntung"tambah ku.
"Tapi kan.." ucap Elin terputus.
"Udah nggak apa - apa, beneran kok" ucap ku tersenyum.
"Yaudah deh San, seterah lu aja"jawab Elin kecewa.
"Udah kalian kembali ke tempat duduk masing - masing, dan fikirin matang - matang, siapa yang akan kalian pilih untuk menjadi ketua OSIS nanti" ucap ku sembari meminta mereka duduk kembali.
Saat jam istirahat, aku mencoba mencari Randy dan Niko, namun tidak juga kau menemui mereka. Setelah mencari beberapa kali, akhirnya aku menemui mereka berserta calon anngota OSIS lainnya sedang ada di ruang dekat aula. Aku pun memanggil mereka dari jarak yang lumayan jauh. " Ran, Nik !" panggil ku seraya melambaikan tangan. Namun tak ada respon, akhirnya aku punmenghampiri mereka.
"Eh, lu gua panggilin juga" ucap ku, namun tak ada tanggapan, mereka tetap saja sibuk mengobrol.
"Hallo..!" ucap ku mengulang.
Karena sedikit kesal aku pun mengulang panggilan ku dengan nada yang sedikit keras. "hei, nggak denger gua apa?" Masih tak ada jawaban, akhirnya aku memutuskanuntuk pergi dari tempat tersebut, dengan rasa kesal di hati. Mereka kenapa sih? Kok pada diemin gua gitu, mentang - mentang pada masuk 6 besar, jadi pada sombong. Pertanyaan - pertanyaan tersebut langsung menhampiri benak ku, namun karena tidak ingin berburuk sangka, aku pun meyakini hati ku kalau mereka hanya sedang sibuk dan tak ingin di ganggu.
Saat pulang sekolah, Randy dan Niko tiba - tiba datang dan menegurku. "Eh San ! kemana aja lu" tegur Randy sambil tertawa dan menepuk pundakku, sedangkan Niko berdiri di sebelah ku. Kemana aja? dengan mudahnya ia berkata seperti itu, sambil tertawa pula seakan tak merasa bersalah. Dengan wajah sedikit ketus aku menjawabnya "Nggak kemana - mana" jawabku singkat, lalu memalingkan wajahku dari arahnya.
"Tampang lu nggak enak banget sih, ada masalah?hah?" tanya Niko ketus.
"Nggak! biasa aja" jawabku masih dengan wajah ketus.
"Kalau nggak, kenapa kayaknya sinis banget?" karena penasaran Randy ikut bertanya.
"Udah deh! gua bilang kan nggak! udah, gua mau pulang. Minggir!" ucap ku ketus sambil menyibak tangan Randy yang berada di pundakku sambil melangkah pergi.
Aku pun pergi, tapi Randy dan Niko masih berbincang - bincang mengenai keanehan sikap ku.
"Kenapa sih tuh anak?" tanya Randy heran.
"Nggak tau dah" jawab Niko singkat sambil menyilangkan tangan di dadanya.
"Perasaan kita nggak ada salah apa - apa deh" ucap Randy dengan masih penasaran.
"Mungkin dia lagi ada masalah, dan dia nggak bisa cerita ke kita, positive thingking aja" ujar Niko mencoba menenangkan Randy.
"Yaudah, kita liat aja besok, kalau masih kayak gitu juga, berarti emang ada apa - apanya" ujar Randy. Lalu Niko hanya membalas dengan senyuman sambil masih menyilangkan tangannya di dada.
Pagi ini aku berangkat sekolah berbeda dengan hari - hari biasanya. Hari ini aku masih dengan rasa kesal yang berkecamuk di dalam hati. Bahkan yang biasanya aku berangkat sekolah bersama Randy, hari ini aku berangkat sendirian. Sesampainya di sekolah aku telah di sambut oleh Randy dan Niko yang tengah berdiri di depan pintu kelas ku, mungkin ia sudah menunggu sedari tadi.
"Masih ngambek?" tanya Randy seraya tersenyum.
"Siapa yang ngambek? nggak tuh!" jawabku ketus.
"Udah deh, jujur aja. Gua tau lu ada masalah sama kita berdua kan?" tanya Randy lagi.
"Gua bilang nggak!! ya nggak!!" jawab ku sedikit emosi.
Niko yang sedang berdiri di samping Randy dambil memperhatikan langsung terperanjat melihat jawaban yang ku lontarkan.
"Kok lu nyolotin sih? gua kan nanya baik - baik." tanya Randy yang juga mulai terbawa emosi.
"Gua juga kan udah bilang NGGAK!! apa masih belum ngerti hah?!!" jawabku yang sudah mulai panas.
Sentak Niko langsung angkat bicara. "Udah - udah, sekarang lu jawab aja, lu kenapa? ada masalah pribadi kah? atau ada masalah sama kita berdua?" tanya Niko dengan gaya khasnya yang santai namun serius.
"Oke!! gua jujur!" ucap ku dengan tatapan tajam.
"Gua kesel sama lu berdua, PUAS?! udah gua mau masuk kelas, males gua ngomong sama orang yang lupa diri" tambah ku dengan nada kesal seraya mendobrak mereka yang menjaga jalanku di depan pintu.
Lantas mereka pun semakin heran atas sikap yang ku lakukan barusan. "Bener - bener aneh tuh anak, kita di bilang lupa diri lah" ucap Randy kesal.
"Udah, mending kita fikirin baik - baik apa yang dia maksud dengan lupa diri, udah mending lu balik ke kelas" ucap Niko menenangkan lalu menyuruh Randy kembali ke kelas.
Kriiinnnnggg... Krinnggggggg...
Bel tanda istirahat pun berbunyi, teman - teman ku di kelas semuanya keluar kelas untuk pergi membeli makanan, terkecuali aku. Aku lebih memilih duduk di kelas, di banding harus keluar kelas dan bertemu kedua teman ku tersebut. Lagi pula, aku ingin menenangkan diri ku di kelas. Karena di kelas saat jam istirahat aku bisa merasakan ke heningan, di banding harus pergi keluar kelas. Tapi selang waktu kemudian, tiba - tiba terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah kelas ku. Aku yang sedang duduk di bangku pojok kelas langsung terperanjat, dan melihat ke arah pintu kelas. Dan ternyata suara langkah kaki tersebut adalah Niko dan Randy. Dia datang menghampiri ku yang sedang asik duduk di pojok kelas. Aku langsung melayangkan senyuman ketidak sukaaan ku ke mereka, lalu berpura - pura tidur.
"Eh, lu kenapa sih sebenernya" ucap Randy sambil menepuk pundakku yang sedang berpura - pura tidur.
Aku langsung membangunkan badan ku dan menoleh ke arahnya "Ngapain lagi? kan udah gua jelasin tadi pagi" jawabku sinis.
"San, lu kok kayak bukan lu yang biasanya. Biasanya lu selalu santai, dan nggak emosian, tapi kok sekarang lu jadi gini. Ada apa sebenernya?" ujar Niko dengan nada santai sambil menatap ke arahku.
"Udah deh.. jawab, jangan kayak anak kecil, lu tuh.." belum selesai Randy menyelesaikan kalimatnya, Niko langsung memotong ucapannya. "Diem dulu Ran, lu nya juga jangan malah pakai emosi, kita biarin dia jawab dulu" ucap Niko menenangkan Randy, Randy pun mengangguk tanda mengerti.
Aku masih terdiam sesaat, sampai akhirnya aku angkat bicara.
"Oke gua jelasin sama lu berdua"
"Gua kecewa sama lu berdua.." Belum selesai aku menyelesaikan ucapan ku Randy memotong dengan nada kesalnya "Kecewa kenapa lu hah?!" ucap Randy kesal. "Ran!! gua bilang kan diem!!" bentak Niko. "Iya iya" jawab Randy mengalah.
Aku pun melanjutkan pembicaraan ku yang sempat terputus "Gua kecewa sama lu berdua, gua tau, di antara kita bertiga, cuma gua yang nggak lolos, tapi mana sikap lu sebagai sahabat? apa itu yang namanya sahabat?"ucap ku dengan nada sedikit kencang. "Saat setelah pengumuman, lu berdua asyik - asyikan berdua, seneng - seneng berdua, lu nggak mikirin gua sama sekali, gua nerima gua kalah, tapi gua kecewa, kalian yang katanya sahabat gua, malah memalingkan wajahnya dari gua, acuh sama gua. Bahkan waktu lu berdua ngobrol di deket aula, gua nyamperin lu berdua, manggil - manggil lu berdua, lu nggak sedikitpun nengok." "Gua udah coba berfikir positif, mungkin lu sibuk, tapi lu terus - terusan acuh sama gua, bahkan waktu gua nggak sengaja lewat ruang OSIS dan lu berdua lagi di depan ruang OSIS, lu nggak manggil gua sama sekali. Mana janji kalian? janji kita? susah seneng bareng - bareng? mana?"
Sejenak suasana hening, Randy dan Niko masih terdiam membisu, sesekali menatap wajah ku. Lalu tiba - tiba Randy angkat bicara.
"Kayak gitu aja lu ngambek?kayak anak kecil lu" ucap Randy dengan nada sinisnya.
Lalu Niko langung berbicara sebelum aku menjawab ungkapan Randy yang sedikit menyakitkan.
"Oke, gua akuin gua salah, Randy juga salah, kita berdua egois, nggak mikirin temen. Oke gua minta maaf" ucap Niko seraya menyodorkan tangannya untuk meminta maaf seraya tersenyum, Randy lantas keheranan sambil menatap wajah Niko.
"Kok malah lu yang minta maaf sih Nik? jelas - jelas dia yang kayak anak kecil!" ucap Randy tidak terima.
Niko langsung menghadap ke arah Randy dan menepuk pundaknya "Sekarang gua tanya, siapa yang lebih anak kecil? dia atau lu?" ucap Niko senyum.
"Jadi lu ngebelain dia?" ucap Randy semakin tidak terima dengan ucapan Niko.
"Bukan masalah ngebelain Ran, sekarang gini, dia kan udah ngejelasin, toh emang kita juga kok yang salah, jadi apa salahnya kita minta maaf?" Niko menjelaskan dengan nada santai untuk menenangkan Randy.
"Seterah lu deh!!" bentak Randy.
Terlihat Niko menghela nafas yang panjang, lalu mencoba tersenyum. Tapi tidak berapa lama senyuman itu berubah. Wajah Niko yang awalnya terukir senyuman, kini tatapan matanya mendadak tajam, wajahya terlihat sesuatu yang ingin di luapkannya. Seperti sebuah amarah.
Niko menatap serius wajah Randy.
Lalu.. bukk..
Tanpa aba-aba Niko mendaratkan pukulan kecil tepat diwajah Randy, entah apa yang membuat Niko melakukan itu, mungkin karena terlalu kesal dengan Randy, Niko tidak dapat menahan emosinya. Aku berusaha mencegah, tetapi aku urungkan niatku, aku ingin mereka bisa menyelesaikan ini berdua tanpa pembelaan dariku.
Jujur aku kaget, mataku terbelalak melihat apa yang barusan Niko lakukan pada Randy, sesaat setelah pukulan itu, Randy terdiam, dia menyentuh bagian sudut hidungnya tepat dimana Niko mendaratkan tinjuannya, dia merasa darah mengalir dibagian hidungnya, walau tak banyak tapi menurutku cukup perih. Randy tersenyum sinis, lebih mengarah ke dendam, mukanya sekarang jelas tampak emosi. Lalu kemudian Randy langsung membalas pukulan Niko.
Bukk..
Satu pukulan balasan dari Randy mendarat tepat di wajah Niko, kali ini pukulan itu lebih terlihat menyeramkan dan penuh emosi. Namun karena mungkin tak ingin terlihat sakit, Niko membalas hanya dengan senyum simpul. Seperti biasanya, senyum yang sulit untuk diartikan.
Belum sempat Niko memberikan respons, "Maksud lu apa hah?! mukul - mukul gua kayak gitu? nggak suka lu sama gua ?" ucap Randy dengan nada keras.
Niko masih dengan wajah dengan senyum meremehkannya. Lalu..
"Denger ya Ran !! gua selama ini udah sabaarrr.. banget sama tingkah dan kelakuan lu yang kayak anak kecil. Lu selalu bertindak memakai emosi. Lu sensitif banget, lu tuh terlalu selengean , apa - apa selalu banyak pertimbangan yang akhirnya ngebuat lu susah, lu juga jadi orang nggak sabaran banget. Gua selama ini diem, gua selalu diem, gua nggak mau nanggepin tingkah lu, makanya gua cuma tanggepin dengan santai, nggak mau gua ambil pusing." ujar Niko dengan nada tinggi. Sejenak Randy terdiam dan menunduk, Namun itu tidak berlaku lama.
Randy angkat bicara, dengan nada yang tidak mau kalah dengan Niko. "Oh jadi gitu, lu selama ini nggak suka sama gua? kenapa lu nggak bilang dari awal hah? sok - sok an ngajakin sahabatan tapi lu malah kayak gini ternyata!" ucap Randy emosi.
"Gua nggak mau ngomong, karena gua ngehargain Insan, gua tau lu lebih deket sama Insan, gua ngehargai dia. Lagipula gua nggak mau ribut sama sahabat gua sendiri, gua mau kita sahabatan karena gua yakin, karena kita punya sesuatu yang nggak di milikin orang lain, sesuatu yang bisa saling ngelengkapi, ngerti?" jelas Niko yang semakin terbawa panasnya suasana.
Aku hanya bisa melihat ke arah mereka berdua, lebih memilih diam, bukan berarti acuh, tapi sengaja di biarkan agar mereka bisa saling mengeluarkan apa yang ada di dalam hati mereka satu sama lain. Walaupun sesekali Randy melihat ke arah ku, seperti ingin aku angkat bicara juga. Tapi aku hanya membalasnya dengan senyuman.
"Terus maksud lu apa? selalu ngediemin kalau gua ngomong, selalu acuh sama gua, selalu nggak ngenakin ngomong sama gua, hah?" Randy masih melontarkan pertanyaan - pertanyaan yang ada di benaknya.
"Kenapa? karena gua mau lu mikir, gua selama ini sering nyindir - nyindir, tapi lu nggak pernah sedikitpun ngerti. Lu masih dengan sikap lu yang kayak gitu. Ngerasa paling bener" jelas Niko.
Karena suasana semakin panas dan aku merasa kalau mereka sudah sama - sama tau. Akhirnya, aku angkat bicara.
"Oke, udah cukup. Gua rasa udah sangat cukup. Niko udah keluarin semua unek - uneknya sama lu Ran, dan lu juga udah ngeluarin unek - unek lu, sekarang udah pada ngerti kan? Ran, jujur. Dari awal juga gua ngerasa lu tuh Childish banget, dan gua juga tau dari awal kalau Niko juga mikir kayak gitu. Gua diam, karena gua pengen lu diam. Kenapa gua ngambek? awalnya gua kecewa sama kalian, jujur kecewa banget, tapi momen itu lalu gua manfaatkan untuk menguji, apa kalian kompak? apa kalian bisa bener - bener jadi sahabat? apa kita ini bener - bener jadi sahabat? Dan sekarang gua rasa udah cukup, kita udah sama - sama dewasa, udah sama - sama ngerti. Gua harap nggak ada lagi kayak ginian, inget, kita RaInNi, kita ini sahabat. Lupa motto kita? 1 langkah untuk 1 tujuan, 1 tujuan untuk 1 kebersamaan, 1 kebersamaan untuk saling mengingatkan" ujar ku sambil menoleh ke arah mereka.
Randy sentak tertunduk, dan Niko tersenyum tanda mengerti apa maskud ku. Tidak berapa lama kemudian, Randy mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Oke, gua akuin gua salah, gua terlalu kekanak - kanakan, terlalu emosian, gua ngerti kok. Tapi gua gini juga ada alesannya. Tapi yaudahlah, maafin gua" ucap Randy sambil menyodorkan tangannya ke arah ku.
"Jangan minta maaf sama gua, tapi sama Niko" ucap ku sambil tersenyum dan mengalihkan tangan Randy ke arah Niko.
"Yaudah, maafin gua Nik" Randy mengulang meminta maafnya.
"Nggak apa - apa Ran, tapi gua harap, setelah ini lu bisa lebih dewasa lagi, oya maaf kalau tadi gua mukul lu, gua cuma terbawa suasana aja" jawab Niko sambil menyambut tangan Randy lalu mereka pun bersalaman.
Akhirnya Randy dan Niko sudah tidak menyimpan amarah di dalam hati, aku, Randy, dan Niko. Kini kami kembali menjadi sahabat, tepatnya kembali menjadi "RaInNi". Aku lalu membantu kedua sahabat ku untuk menyiapkan segala sesuatu untuk kampanye global nanti, dan untuk pemilihan ketua OSIS yang baru.
**************************
Sabtu, 10 Oktober 2009.
Hari ini adalah hari yang sangat di tunggu - tunggu oleh eluruh siswa dan siswi di sekolah ku, karena hari ini akan di adakan pemilihan ketua OSIS yang baru. Terlebih, salah dua kandidatnya adalah sahabat ku, Randy dan Niko.
"Eh gimana? udah pada siap belum?"
"Bilik nya udah di siapin belum?"
"Eh itu tolong di rapihin"
Ketua panitia pemilihan ketua OSIS yang baru ini sangat sibuk untuk mempersiapkan segala sesuatunya, di saat para siswa dan siswi sedang mengaji di kelas masing - masing. Ia tengah sibuk dengan segala persiapannya, karena ia mau acara ini berjalan dengan baik. Terlebih ia di kenal sebagai anggota OSIS yang sangat bertanggung jawab di masanya.
"Nik, gimana? perasaan lu?" ucap ku tertawa kecil.
"Nggak gimana - gimana" jawab Niko masih dengan sikap santainya.
"Eh Randy mana? belum kelihatan?" tanyaku heran.
"Nggak tau, dari tadi gua juga belum ngelihat" jawab niko sambil melihat kesekeliling.
"Jangan - jangan telat tuh anak, heran gua hobi banget telat" ucap ku tertawa.
Niko hanya membalas dengan senyuman. Saat Niko sudah duduk di bangku khusus kandidat, tidak lama kemudian Randy tiba - tiba datang dengan sedikit termegap. " Eh, udah mulai belum?" ucap Randy tertawa dengan tawa tak merasa bersalahnya.
"Dasar lu, hobi banget telat lu" ucap ku.
"Sorry - sorry ada urusan mendadak gua" jawab Niko dengan nafas masih tak beraturan.
"Yaudah sana, udah mau di mulai tuh, si Niko juga udah duduk" perintah ku sambil menunjuk ke arah Niko duduk.
"Hehehe yaudah, gua kesana dulu ya? doain gua" ucap Randy masih dengan tertawa nya.
Pemilihan ketua OSIS akhirnya berlangsung, secara bergantian para murid masuk ke dalam bilik suara untuk memilih diantara ke enam kandidat calon ketua OSIS. Tanpa terkecuali para guru pun ikut memilih. Setelah memakan waktu sampai 4 jam, akhirnya pemungutan suara selesai, dan akan dilanjutkan setelah shalat dzuhur untuk pembacaan suara.
Setelah selesai istirahat, Shalat, dan makan. Kegiatan pembacaan surat suara akan di laksanakan, namun tiba - tiba hujan turun cukup deras, yang membuat kegiatan sejenak terhenti, dan kami harus menunggu sesaat. Para panitia pun sibuk membereskan barang - barang yang terserak di lapangan.
Karena hujan yang tak kunjung reda, akhirnya ketua panitia mengambil sebuah tindakan, dan mengumumkannya melalui speaker sekolah.
"Maaf telah menunggu lama, di karenakan hujannya belum berhenti, sedangkan hari sudah hampir sore, maka pembacaan surat suara akan di laksanakan di aula sekolah. Dan untuk para siswa - siswi di harapkan untuk pergi ke aula sekarang. Terima kasih."
Dan pembacaan pun dimulai..
Waktu yang di tunggu - tunggu akhirnya tiba, panitia membacakan surat suara satu demi satu, dan jumlah suara pun naik turun, kadang Randy yang unggul, kadan Niko, kadang Andy, kadang Roby, dan seterusnya. Tapi setelah di pertengahan akhirnya terlihat kedua nama yang unggul, yaitu Randy dan Dewi. Suara mereka berdua bersaing sangat ketat hingga akhirnya...
"Oke sekarang sudah bisa kalian lihat sendiri siapa yang memperoleh suara tertinggi, sekarang saya akan membacakan jumlah suaranya" ujar panitia yang bertugas membacakan surat suara tersebut.
"Di urutan ke enam dengan total 45 (empat puluh lima) suara yaitu Ningrum Fitriani dari kelas XI Akuntansi"
"Selanjutnya urutan ke lima dengan total 73 (tujuh puluh tiga) suara yaitu Roby Kurniawan dari kelas XI Pemasaran 2"
"Urutan ke empat dengan total 91 (sembilan puluh satu) suara yaitu Andi Ardiansyah dari kelas X Adminstrasi Perkantoran 1"
"Ke tiga dengan total 124 (seratus dua puluh empat) suara yaitu Niko Raihan dari kelas X Akuntansi 1"
"lalu, di urutan ke dua dengan total 169 (seratus enam puluh sembilan) suara yaitu Randy Saputra dari tingkat X Administrasi Perkantoran 2"
"Dan... yang pertama dan sudah pasti akan menjadi ketua OSIS yang baru tahun ajaran 2009 - 2010 yaitu Dewi Syafira dari kelas XI Pemasaran 3 dengan total nilai 194 (seratus sembilan puluh empat), dan blanko sebanyak 24 (dua puluh empat)"
Semua pun bertepuk tangan atas kemenangan yang di raih oleh Dewi Syafira, walau ada sedikit yang kecewa atas kemenangan tersebut, banyak terdengar suara keluhan - keluhan yang di lontarkan sebagian murid, khususnya para siswa.
"Yahh.. kenapa harus cewek coba yang menang"
"Tau nih nggak asik banget"
"Iyah, masa kita di pimpin sama cewek sih, mau dio taruh dimana harga diri kita"
Lalu, tiba - tiba ada sesosok laki - laki tinggi yang mengenakan kaca mata menghampiri ke tiga pria yang tengah melontarkan keluhan - keluhannya.
"Kenapa harus ngeluh? karena ketua OSIS kita yang baru itu cewek?" ujar laki - laki tersebut.
"Iya lah, dimana - mana pemimpin itu kan cowok" jawab laki - laki pertama.
"Terus apa masalahnya? kalau dia bisa memimpin dengan bijak, dan memberikan inovasi - inovasi baru untuk sekolah kita? lagi pula kan wakilnya cowok, jadi masih bisa ada yang membentengi. Jadi kita harus tetap menghargai keputusannya, toh yang udah milih dia juga banyak, yang artinya dia di percaya sama sebagian murid disini" jelas laki - laki tersebut.
"Iya sih" jawab ke tiga laki - laki yang mengeluh tersebut.
"Yaudah, sekarang kita harus tetap dukung dia sebagai ketua OSIS yang baru" ujar laki - laki tersebut tersenyum sambil memegang pundak laki - laki pertama.
*************************
Seperti yang di beritahukan sebelumnya, untuk yang lolos lima belas besar akan berkumpul hari ini untuk di tentukan siapa yang akan masuk untuk di masukkan ke dalam keanggotaan OSIS, khususnya 7 anggota yang lolos 13 besar. Semuanya di kumpulkan di ruangan kelas dekat ruang OSIS sepulang sekolah, untuk di lakukan seleksi berikutnya.
"Oke, selamat datang sebelumnya untuk ke 7 orang yang lolos sampai 13 besar. Disini kita akan menyeleksi di antara kalian, untuk masuk ke dalam anggota OSIS, disini kami hanya membutuhkan 6 orang lagi, dari jumlah anggota OSIS 12 orang." jelas salah satu anggota OSIS.
Tiba - tiba seseorang pria yang duduk di bangku paling depan mengacungkan tangan, "Berarti yang nggak lolos cuma 1 orang doang ya kak?" tanya nya.
"Jadi gini, dari 7 di antara kalian, belum tentu 6 di antara kalian lah yang akan masuk 12 besar. Kami bisa saja mengambil dari peserta yang nggak lolos sampai 13 besar, tapi memiliki potensi. Maka dari itu, tunjukan kepada kami, potensi dan bakat kalian. Tunjukan kalau kalian pantas untuk masuk ke dalam ke anggotaan OSIS, karena OSIS bukan hanya sekedar jabatan semata, tapi kalian harus memiliki inovasi - inovasi untuk kemajuan sekolah dan organisasi, dan tentunya, kalian harus memiliki tanggung jawab yang besar." jelasnya lagi.
Semua mengangguk tanda mengerti, penyeleksian pun dimulai. Kami di wawancarai 1 per 1 oleh perwakilan anggota OSIS. 1 peserta akan di wawancarai oleh 2 anggota OSIS di ruangan yang berbeda dari ruangan yang kami gunakan sebelumnya. Kami di tanyakan mengenai apa inovasi yang akan di jalankan oleh kami untuk kemajuan anggota OSIS, motivasi kami untuk masuk ke dalam keanggotaan OSIS, hingga kami di berikan sebuah kasus yang harus di cari jalan keluarnya saat itu juga. Disini kami benar - benar di uji kelayakannya, dan kemampuannya.
Satu demi satu di antara kami masuk ke dalam ruangan khusus untuk di wawancarai oleh perwakilan OSIS, ada yang keluar dari ruangan dengan wajah tersenyum, wajah datar, cemberut, sedih, bahkan ada salah satu cewek yang keluar sambil menangis. Entah karena pertanyaan yang terlalu memojokan, terlalu tegang, atau terlalu takut. Dia memang kakak kelas ku, dan sebelumnya sudah pernah ikut anggota OSIS di periode sebelumnya sewaktu dia kelas X (sepuluh), jadi seharusnnya dia sudah tahu apa - apa saja yang di tanyakan, dan sudah sangat mengenali anggota OSIS tersebut. Tapi entahlah, aku juga tidak tahu apa yang membuatnya menangis setelah keluar dari ruangan tersebut,
Setelah semua selesai di wawancarai, kini langsung di umumkan siapa saja yang akan masuk ke dalam ke anggotaan OSIS.
" Oke, semua sudah menjalani seleksi terakhir dari kami. Sekarang kami akan langsung mengumumkan peserta yang lolos seleksi dan langsung menjadi anggota OSIS" jelas kakak OSIS yang menjelaskan sebelumnya.
"Kali ini memang lebih berbeda dari sebelumnya, kami tidak menunggu waktu lama, karena kami sudah melihat kinerja kalian di kegiatan - kegiatan sebelumya, dan dari seleksi - seleksi sebelumnya. Kami melihat kaliam semuanya berpotensi, tapi tetap saja kami harus memilih di antara kalian siapa yang lebih baik untuk masuk dalam anggota OSIS." tambah kakak yang sedari tadi berdiri di samping kakak tadi.
"Sekarang semuanya berdiri dan berbaris di depan ruangan" perintah nya.
Kami pun bernjak dari tempat duduk masing - masing, lalu berdiri berbaris di depan ruangan kelas. Tiba - tiba suasana menjadi tegang, hening, namun seakan mencekam. Ketegangan ini membuat hati menjadi tidak tenang, ada yang terlihat wajah nya menjadi pucat pasi, ada yang tetap tenang, ada pula yang dengan wajah gelisah, dan salah satunya adalah aku. Aku sedikit rasa takut dan trauma, karena sebelumnya aku semapt tidak lolos ke dalam 6 besar. Tapi aku mengingat perkataan ke dua sahabat ku, untuk tetap tenang dan yakin walau dalam keadaan segelisah apapun itu, yakinkan hati ini kepada Allah SWT, dan tetap berdoa, Maka dari itu sepanjang menunggu, aku terus berdoa agar hati ini menjadi lebih tenang, dan menarik nafas dalam - dalam lalu memnghembuskannya secara perlahan, lalu tersenyum.
" Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, di antara 7 dari kalian belum tentu 6 yang masuk. Tapi masih ada sedikit kemungkinan untuk 6 orang dari kalian. Langsung saja, saya akan sebutkan nama - nama tersebut" jelasnya.
Sentak suasana menjadi lebih tegang dari sebelumnya, tak banyak yang memilih untuk menutup mata karena terlalu tegang dan takut.
" Nama yang pertama adalah Abdul Hamid dari kelas XI AP 2"
"Yang kedua Siti Aisyah dari kelas X PM 2"
"Yang ketiga Ahmad Sudrajat dari kelas X PM 1"
"Yang keempat Insan Nulhakim dari kelas X AK 2"
Sentak aku langsung merasa lega mendengar nama ku di sebut, aku sangat - sangat senang bisa masuk ke dalam anggota OSIS, dan bisa bergabung dengan ke dua sahabat ku. Lantas aku langsung menghela nafas lega, sambil tersenyum. Alhamdulillah ucapku pelan.
"Ya, sudah empat nama yang saya sebutkan, berarti tinggal dua nama lagi. Dan dua nama tersebut..." Ucapnya sengaja memotong pembicaraannya sendiri untuk membuat suasana semain tegang.
"Dua nama tersebut akan di ambil dari dua di antara kalian bertiga" Sambungnya.
Terlihat wajah lega dari ke tiga nya, namun semua tidak berlangsung lama, wajah dengan penuh kelegaan tersebut secara perlahan berubah menjadi tegang kembali, karena otomatis dari tiga diantara mereka hanya akan ada satu orang yang tidak lolos.
"Dan, nama tersebut adalah.. Evi Selviana.." belum selesai ia menyelesaikan pembicaraannya, terlihat Evi langsung tersenyum bahagia dan senyuman itu terlihat seperti senyuman angkuh di balik bibirnya.
" Evi Selviana dari tingkat XI AP 2 yang tidak lolos, dan berarti dua sisanya sudah dipastikan lolos untuk menjadi anggota OSIS," jelasnya lagi.
Terlihat Evi langsung menampakkan wajah yang penuh kekecewaan dan tidak terima atas keputusan tersebut.
"Selamat untuk kalian yang lolos menjadi anggota OSIS, tingkatkan lagi kreatifitas dan inovasi kalian, dan tunjukan kinerja yang maksimal, dan inget ini bukan sekedar jabatan, namun juga tanggung jawab. Kalian harus mengemban tanggung jawab yang di berikan, jangan seperti para pemimpin - pemimpin kita di atas sana, yang hanya bermodalkan janji semata." Jelasnya.
"Dan, untuk yang tidak lolos tetap semangat, dan kamu masih bisa tetap aktif untuk membantu setiap kegiatan - kegiatan yang OSIS laksanakan." sambungnya.
Namun kak Evi terlihat mengacuhkan perkataan kakak OSIS tersebut, dan malah memalingkan wajahnya lalu menggerutu. " Ngapain gua masih bantuin, jadi anggota juga nggak" terdengar gerutunya samar - samar. Aku yang melihat dan mendengarnya lantas tersenyum.
*********************************
Sekarang aku telah menjadi anggota OSIS, bersama kedua sahabatku, Randy dan Niko. Randy menjadi wakil ketua OSIS, Niko menjadi Sekretaris, dan aku menjadi Seksi Kewirausahaan. Sekarang hari - hari kami berbeda dari sebelumnya, datang lebih awal dari sebelumnya, pulang lebih akhir, bahkan kadang bisa sampai sore jika ada rapat dan kegiatan OSIS.
Bukan hanya itu, sekarang keadaan kami pun ikut berubah, Niko sudah memutuskan untuk mengundurkan diri dari ketua kelas, karena mau fokus ke kegiatan OSIS atau apapun alasannya, aku juga tidak tahu persis, itu keputusannya, dan Randy memilih untuk pindah ke kelasku. Sekarang, aku dan Randy duduk dikelas yang sama dengan aku yang masih tetap menjadi ketua kelas. Aku hanya berharap semua keputusan yang kami ambil adalah pilihan yang tepat dan yang terbaik bagi aku, Randy, Niko dan persahabatan ini. Saat ini kami sama-sama sibuk di kegiatan OSIS.